FeaturedHankamMancanegara

Stretegi Licik RRC Ingin Kuasai Jalur Pelayaran Malaka dan Laut Cina Selatan

NUSANTARANEWS.CO – Selama 15 tahun terakhir ini RRC (Republik Rakyat China) mulai tampak sebagai negara kuat di dunia dengan indikasi kekuatan ekonomi nasional dan pembangunan sistem pertahanan negaranya yang mulai menata di Blue Sea Strategic atas hasil kerjasamanya dengan Rusia.

Sejak lama, RRC ingin menjadi negara super power seperti USA, meskipun tidak mudah bagi RRC. Karena menurut hasil penelitian Tim Peneliti Unhan (Universitas Pertahanan) 2012 bahwa untuk menyamai kekuatan strapol (strategi politik) dan strahan (strategi pertahanan) USA, RRC memerlukan waktu 32 tahun dengan catatan strapol dan strahan USA stagnan.

Capaian strategi politik dan strategi pertahanan RRC yang seperti itu, mendorong RRC membuat “ulah buruk” di kawasan Laut China Selatan (LCS). Dengan niat menguasai dan mengontrol jalur pelayaran Malaka serta LCS, melalui cara-cara pemaksaan ambisi terhadap negara-negara penting di kawasan LCS diantaranya Indonesia.

Indikasinya adalah terganggunya negara-negara di kawasan tersebut yang antara lain USA, Malaysia, Brunei, Pilipina, Vietnam, dan Thailand, sebagaimana yang dikatakan oleh Mayor Ben Choel bahwa pemerintah Tiongkok ingin mengendalikan wilayah perairan Natuna.

Baca Juga:  Keingingan Zelensky Meperoleh Rudal Patriot Sebagai Pengubah Permainan Berikutnya?

Ulah buruk RRC itu sudah pasti merupakan pelanggaran terhadap kedaulatan negara-negara penting di kawasan LCS. Hal ini dikuatkan oleh Letkol Inf. Randy N. Espino Sindikat III/53045 yang mengatakan bahwa rencana invasi Tiongkok dengan indikasi Nine Dash Line mngganggu perdamaian antara negara-negara “claimants” dan semua kapal-kapal yang melintasi LCS. Tentunya juga Selat Malaka.

Mayor Ben dan Letkol Espino adalah dua anggota militer dari negara yang berbeda tetapi sama-sama tidak sepaham dengan rencana agresi militer Cina yang bersifat terselubung. Karena menggunakan dua metode kekuatan sejarah dan kekuatan militer Cina di kawasan wilayah Laut Natuna, Selat Malaka, dan LCS.

Pernyataan Mayor Ben dan Letkol Espino langsung menolak pernyataan Letkol Chen Yang dari Cina yang menyangkal kalau Cina mau melakukan agresi ke wilayah Laut Natuna, Selat Malaka, dan LCS. Mayor Inf. Tanveer Aslam Sindikat IV/53059 mengatakan bahwa efek dari Nine Dash Line PRC yang merupakan sikap Malaysia “not been able to”. Artinya RRC terlalu bersikap “Kepala Batu” terhadap negara-negara claimants di kawasan LCS.

Baca Juga:  BRICS: Inilah Alasan Aliansi dan Beberapa Negara Menolak Dolar

Semula RRC membantah melalui Wakil Duta Besar Cina di ASEAN, Xu Bu bahwa kehadiran RRC di kepulauan Paracell untuk mendirikan pangkalan militer dengan senjata yang kuat. Namun belakangan ini Pemerintah RRC telah mengkonfirmamasi bahwa RRC telah menempatkan senjata di atas pulau yang mereka urug menjadi pulau buatan (reklamasi) di Kepulauan Spratley. Itu membuktikan lagi bahwa Cina adalah bangsa yang sangat ahli melakukan subersiv kebudayaan bangsa lain.

Dengan demikian maka yang tepat adalah RRC jelas akan menginvasi wilayah Laut Natuna serta mengendalikan lalu lintas pelayaran Selat Malaka dan LCS dalam rangka menghambat hegemoni kekuasaan strapol dan strahan USA di kawasan Asia Pasifik pada umumnya dan ASEAN pada khususnya. Tetapi Malaysia sebagai negara commonwelth Countries menolak keras “ulah buruk” RRC itu, sebagaimana dikatakan oleh Mayor Inf. Tanveer Aslam Sindikat IV/53059 bahwa “efek dari Nine Dash Line PRC, menurut sikap Malaysia: “not been able to”.

Dalam sejarahnya, RRC memang tercatat sebagai ekspansionist. Sehingga ulah buruk RRC itu terdapat korelasi dengan sejarah peradaban strapol dan strahannya di masa depan. Itu sebabnya negara-negara kawasan Asia Pasifik dan khususnya ASEAN menjadi sasaran penguasaan strapol dan strahan RRC sekarang dan ke depan.

Baca Juga:  Belgia: Inisiatif Otonomi di Sahara Maroko adalah Pondasi Terbaik untuk Solusi bagi Semua Pihak

*M. Dahrin La Ode, Penulis adalah Direktur Eksekutif Center Institute of Strategic Studies (CISS) dan penulis buku “Etnis Cina Indonesia dalam Politik”.

Related Posts

1 of 17