Mancanegara

PBNU Indahkan Kehendak Arab Saudi Kembangkan Islam Wasathy

NUSANTARANEWS.CO – Ketua Umum PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) KH. Said Aqil Siroj menyatakan bahwa, dunia merekam kejadian-kejadian penting di tahun 2017, antara lain angin perubahan politik yang berhembus di Arab Saudi, sisa-sisa etnonasionalisme di Catalonia Spanyol, tragedi etnis Rohingnya di Myanmar, dan manuver sepihak Amerika Serikat mengakui Jerussalem sebagai ibukota Israel.

“PBNU menyambut baik keinginan Arab Saudi yang hendak mengembangkan Islam wasathy, yaitu manhaj Islam moderat sebagaimana dianut mayoritas umat Islam Indonesia. Keinginan ini perlu disambut oleh Pemerintah Indonesia dengan mengintensifkan dialog dan kerja sama dengan Kerajaan Arab Saudi dalam rangka mengakselerasi penyelesaian damai atas sejumlah konflik di Timur Tengah,” kata Kiai Said dalam acara Muhasabah 2017 dan Resolusi Kebangsaan Tahun 2018, Rabu (3/12/2017) kemarin.

Baca: PBNU: Demokrasi Adalah Pilihan Terbaik Bagi Kehidupan Berbangsa dan Bernegara

Menurut kiai Said, keterbelahan sikap negara-negara Islam yang tergabung dalam OKI dalam merespons manuver AS terkait dengan penetapan Jerussalem sebagai ibukota Israel menandakan lemahnya solidaritas akibat kurangnya dialog dan kerja sama.

Baca Juga:  Rusia Menyambut Kesuksesan Luar Angkasa India yang Luar Biasa

“Karena itu, PBNU menghimbau negara-negara yang tergabung dalam OKI lebih intensif menjalin dialog dan kerja sama agar solid dalam merespons isu-isu kemanusiaan yang membutuhkan kebulatan sikap dan solidaritas,” akunya.

Tragedi Rohignya, lanjut kiai Said, mengingatkan perlunya penguatan nation-state berbasis kewargaan (civic nationalism), bukan sentimen etnis yang membuat suku mayoritas merasa berhak mendominasi atau bahkan menyingkirkan etnis minoritas. Kenyataan bahwa semua nation-state di dunia terdiri dari banyak suku bangsa, termasuk Indonesia, mengajarkan perlunya penguatan prinsip persamaan, kesetaraan, dan keadilan bagai semua warga negara tanpa diskriminasi SARA.

“Prinsip ini ada di dalam Pancasila, tetapi mulai diabaikan bahkan diingkari oleh kelompok yang dengan enteng men-thagut-kan Pancasila. Negara modern seperti Spanyol masih didera isu etnonasionalisme Catalonia, tetapi Indonesia telah berhasil melewati masa-masa genting itu di awal-awal reformasi,” jelas Kiai Said.

Simak: Ketimpangan Dinilai Ancaman Nyata Bagi Kesatuan dan Persatuan Bangsa

Ditambahkannya bahwa, hal tersebut tidak lepas dari peran Pancasila sebagai kalimatun sawa atau common denominator yang menjembatani berbagai agama, suku, golongan, dan kepercayaan.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

“Kejadian-kejadian di dunia menjadi cermin agar bangsa Indonesia bersyukur mempunyai Pancasila yang harus terus dijaga, dilestarikan, dan diamalkan dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” kata Ketum PBNU itu.

Pewarta/Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 43