Mancanegara

Siapa Menyerang Kilang Minyak Arab Saudi September Lalu?

Siapa Menyerang Kilang Minyak Arab Saudi
Siapa Menyerang Kilang Minyak Arab Saudi/Foto: abcnews.go

NUSANTARANEWS.CO – Siapa menyerang kilang minyak Arab Saudi. Telah lama Arab Saudi menyembunyikan ambisinya untuk menjadi super power regional di kawasan Teluk Persia dan di Semenanjung Arab. Sementara Iran adalah saingan utama dalam perebutan pengaruh tersebut yang kemudian pecah dalam bentuk perang proksi. Salah satu perang proksi dalam beberapa tahun terakhir adalah perang di Yaman.

Namun situasinya berubah bulan lalu ketika sebuah serangan malam hari berhasil menghancurkan jantung industri minyak Saudi di Abqaiq dan Khurais pada 14 September 2019. Serangan tersebut telah menjadi gelombang kejut bagi ekonomi global. Betapa tidak bila beberapa drone berhasil menyusup ke dalam wilayah pertahanan udara Saudi tanpa terdeteksi dan melancarkan serangan tepat pada instalasi minyak utama.

Serangan ini menunjukkan bahwa para penyerang memiliki pengetahuan yang mendalam tentang kondisi setempat dan sangat terlatih, sehingga menimbulkan pertanyaan siapa yang melakukannya, dan bagaimana mereka melakukannya?

Pejuang Houthi yang mengaku bertanggung jawab tidak berada dalam kapasitas untuk melakukan serangan semacam itu. Terutama terkait dengan teknologi dan dukungan intelijen yang kuat. Satu-satunya tersangka yang masuk akal diluar AS sendiri adalah Iran. Iran jelas mendapat keuntungan paling banyak dari serangan tersebut.

Baca Juga:  Burundi Reiterates Support for Morocco's Territorial Integrity, Sovereignty over Sahara

Sementara Arab Saudi telah dipermalukan di mata dunia internasional. Selain kegagalan kontra intelijen, Saudi juga dipastikan akan mengalami kekalahan dalam perang di Yaman.

Dengan kata lain, serangan ini telah membuktikan posisi Iran sebagai kekuatan regional utama yang memiliki kemampuan teknis, logistik, dan intelijen yang mumpuni – yang mengubah perhitungan strategis di kawasan. Kini semua monarki minyak di pihak Arab di Teluk Persia mulai menilai kembali kebijakan luar negeri mereka terhadap Iran.

Selain itu, Iran juga telah membuat Presiden Trump terlihat tak berdaya dengan membiarkan sekutu regionalnya menderita – menyusul penolakannya untuk menanggapi serangan tersebut secara militer. Suka tidak suka posisi Arab Saudi sebagai kekuatan regional kini sudah terkikis, memunculkan dua kekuatan militer tersisa yang sekarang mulai berhadapan: Israel dan Iran.

Kedua negara tampaknya sedang bergerak menuju konfrontasi yang berbahaya. Israel sangat khawatir dengan kapasitas nyata Iran yang mampu meluncurkan serangan jarak jauh yang terukur dengan drone atau rudal balistik. Bukan itu saja, Iran dapat memasok Hizbullah atau proksi regional lainnya dengan kemampuan yang sama.

Baca Juga:  King of Morocco, HM King Mohammed VI, Delivers Speech to Nation on Green March 49th Anniversary

Sementara AS telah menggunakan serangan terbaru tersebut sebagai dalih untuk membenarkan pengiriman pasukan tambahan ke Arab Saudi sebagai bagian dari penempatan pasukan yang lebih luas di wilayah Teluk Persia.

Peningkatan jumlah pasukan AS di Arab Saudi secara bertahap kemungkinan akan dipakai untuk melancarkan serangan ofensif terhadap Iran dalam setiap perang di masa depan, sekaligus melindungi aset-aset strategis Arab Saudi dari serangan balasan.

AS bertahun-tahun memang terus memprovokasi Iran agar berperang dengan Barat. Tentu saja sangat sulit bagi AS untuk mendorong Iran ke dalam provokasi semacam itu tanpa mendapat dukungan dunia internasional, khususnya Barat. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,083