NUSANTARANEWS.CO – Bulan Mei ini tepatnya pada 9 Mei kemarin saat bersamaan viralnya kabar pemvonisan dua tahun penjara Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), Partai Komunis Indonesia (PKI) tengah merayakan hari jadinya ke-93, sejak dideklarasikan tahun 1924. Dari yang semula tahun 1920 bernama Perserikatan Komunis di Hindia (PKH) menjadi PKI.
Sepulangnya Semaun dari Rusia tahun 1922, dua tahun kemudian tepatnya 1924 nama PKI resmi dilaunching ke publik. Ini menyusul kongres Komunis Internasional (Komintern) ke-5 yang memfokuskan untuk mengkontrol persatuan para buruh.
Sekalipun demikian, dewasa ini kelompok eksponen PKI generasi baru (Neo-PKI) menginginkan hari lahirnya PKI memakai tahun 1914. Dengan merujuk kedatangan Henk Sneevliet asal Belanda untuk pertama kalinya menancapkan paham komunis di Indonesia. Jika mengacu tahun 1914, maka usia PKI kini 103 tahun.
Telusur: 9 Mei Hari Jadi PKI, Akankah Sejarah Terulang?
Dalam rekam jejaknya, partai komunis pertama di Asia Tenggara ini memiliki catatan sejarah buruk, karena kerap merongrong keutuhan NKRI. Berdasarkan sejarahnya, PKI beberapa kali melakukan kudeta (makar) terhadap negara Indonesia dan melakukan berbagai kegiatan agitasi di masyarakat. Sebelum akhirnya resmi dibubarkan oleh pemerintah dan menjadi partai terlarang sejak tahun 1966.
Sekalipun telah dibubarkan namun siapa bilang PKI di Indonesia mati? Pada 25 Mei 2016 lalu, Wakil Sekjend Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Abdul Mun’im DZ membantah kalangan latah yang menyebut PKI sudah tidak eksis di Indonesia pasca dipukul mundur beberapa tahun silam.
Telusur: Meski Minoritas, PKI Masih Tetap Eksis Sampai Sekarang
Pendapat yang mengatakan PKI telah mati, menurut Mu’im DZ tidak benar. Dirinya bahkan menegaskan PKI tidak boleh muncul lagi di Indonesia. Menurutnya, PKI masih ada sampai sekarang meskipun secara kuantitas masih relatif minor.
“PKI tidak boleh muncul lagi. perlu diketahui oleh publik bahwa PKI masih tetap ada sampai sekarang sekalipun kecil secara kuantitasnya. Tapi kita harus waspada dan tidak boleh mengabaikannya. PKI akan tetap berbahaya, walaupun organisasi sudah dilarang pemerintah sesuai dengan TAP MPR tapi masih harus tetap kita perhatikan dengan serius tahun 65 itu yang paling krusial pemberontakan dilakukan untuk yang kesekian kalinya,” ujar Mun’im.
Telusur: Mun’im DZ Bercerita Tentang Pembantaian Ulama Oleh PKI pada Tahun 1948
Lebih lanjut, Mun’im menjelaskan posisi dan peran Nahdlatul Ulama (NU) dalam menumpaskan gerakan PKI sangat penting. NU, kata dia tak mudah melawan PKI karena anggota organisasi terlarang tersebut tersebar di sejumlah posisi strategis di pemerintahan.
Pewarta/Editor: Romandhon