Berita UtamaEkonomiMancanegara

Setelah Meninggalkan TPP, Trump Kini Mengacak-Acak NAFTA

NUSANTARANEWS.CO – Perjanjian Perdagangan Bebas Amerika Utara (NAFTA) sejak diresmikan oleh mantan presiden Bill Clinton pada tahun 1994 – belakangan mulai diacak-acak oleh Presiden Donald Trump yang ingin melakukan renegosiasi kesepakatan perdagangan Amerika Utara tersebut.

Bulan Mei lalu, koalisi kelompok masyarakat sipil berkumpul di Mexico City untuk membahas renegosiasi yang akan dilakukan oleh Presiden Trump. Peserta yang hadir termasuk AFL-CIO, Kongres Buruh Kanada dan lebih dari seratus organisasi hak buruh, lingkungan, dan imigran lainnya dari seluruh Meksiko, Amerika Serikat dan Kanada.

Pertemuan tersebut kemudian menghasilkan sebuah deklarasi bersama yang menentang sebuah negosiasi ulang NAFTA yang dipimpin oleh Trump dan sekaligus menandai kickoff kampanye internasional baru melawan kesepakatan perdagangan bebas yang lebih menguntungkan perusahaan dan elit politik (neolib) dengan mengorbankan pekerja, masyarakat dan lingkungan bersama kita.

Kondisi NAFTA kini telah rusak dengan banyaknya orang yang kehilangan pekerjaan, upah rendah, peningkatan ketimpangan dan praktik-praktik yang merusak lingkungan. Oleh karena itu, koalisi komunitas yang berkumpul di Mexico City tersebut, mulai menentang NAFTA yang lebih mendukung kepentingan pemilik modal – sehingga muncul konsesus bahwa Presiden Trump dan timnya sedang memasak sesuatu yang lebih buruk lagi.

Baca Juga:  Komunitas Youtuberbagi Desa Jaddung Pragaan Santuni Anak Yatim di Bulan Ramadan

Trump mencoba menggunakan retorika yang sama dari kampanyenya untuk melakukan renegosiasi ulang NAFTA bagi kepentingan neolib yang mulai tergusur di arena global. Dalam draft mekanisme penyelesaian sengketa Investor-State, tertuang pasal kemungkinan perusahaan menuntut pemerintah yang melanggar kepentingan bisnis investor.

Sementara itu, “insentif investor” akan meningkatkan offshoring ribuan pekerjaan, eksploitasi perburuhan dan sumber daya alam – sebagai kompensasi investasi dengan mengorbankan peraturan ketenagakerjaan, hak asasi manusia dan lingkungan di masing-masing negara penandatangan. Sebagai informasi, TPP menyumbang 40 persen dari PDB dunia, sedangkan NAFTA baru sekitar 25 persen.

Mengingat kekuatan Amerika Serikat berhadapan dengan mitra negosiasinya, panorama ini sekilas mungkin tampak suram. Tapi juga tidak boleh melupakan kampanye penantang utama Demokrat Bernie Sanders, yang mengartikulasikan jutaan orang penentang transaksi perdagangan bebas ini.

Seperti diketahui, Meksiko dan AS terikat dalam perjanjian NAFTA, di mana ekonomi Meksiko sangat bergantung pada pasar Amerika Utara ini – karena merupakan 80% pasar ekspornya. Trump telah memberi sinyal akan mengakhiri perjanjian tersebut bila kesepakatan baru tidak menguntungkan perusahaan dan pekerja AS.

Baca Juga:  Jelang Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres 2024, Khofifah Optimis Prabowo-Gibran Menang

Menyikapi sinyal Presiden Trump tersebut, Menteri Ekonomi Meksiko, Guajardo mengirimkan pesan keras kepada Presiden AS Donald Trump dan mengancam bila AS masih bersikeras merusak perdagangan kedua negara, maka Meksiko bakal beralih ke Cina.

Menurut Guajardo, meski Cina bukanlah pelaku pedagang bebas. Namun, Cina merupakan negara dengan industri manufaktur yang besar dan berdaya saing tinggi sehingga bisa saja menjadi mitra dalam perdagangan global – ketimbang bermitra dengan AS yang bisa seenaknya menaikkan tarif tinggi yang tak masuk akal, tambahnya. (Banyu)

Related Posts

1 of 38