NUSANTARANEWS.CO – Serangan 10 Drone Houthi yang merubah keseimbangan Perang Yaman. Para pejuang Houthi, kembali melancarkan serangan ke kilang minyak terbesar dunia yang yang dioperasikan oleh Saudi Aramco. Pejuang Houthi mengklaim bertanggung jawab atas serangan pesawat tak berawak ke fasilitas pemrosesan minyak terbesar di Arab Saudi tersebut. Serangan terhadap kilang minyak Abqaiq, pada Sabtu pagi telah mengakibatkan kebakaran besar, kata kementerian dalam negeri kerajaan itu.
Juru bicara pejuang Houthi mengatakan bahwa 10 pesawat tak berawak telah dikerahkan dalam serangan itu.
Menurut Reuters, serangan drone Houti itu telah mengguncang kebutuhan minyak global. Diperkirakan kilang minyak tersebut mampu memproduksi lebih dari 5 juta barel per hari atau setengah dari produksi minyak mentah Arab Saudi. The Wall Street Journal melaporkan bahwa Arab Saudi telah menutup sekitar setengah dari produksi minyaknya karena insiden itu. Pihak berwenang belum mengkonfirmasi apakah produksi minyak terpengaruh.
Seperti diketahui, pasukan koalisi pimpinan Saudi telah melakukan agresi militer di Yaman sejak Maret 2015. Agresi militer ini telah memicu krisis kemanusiaan terburuk di dunia menurut PBB. Blokade ketat terhadap Yaman pada gilirannya telah menjebloskan rakyat Yaman ke dalam penderitaan dan kelaparan akut. Ratusan ribu orang telah terbunuh sejak agresi militer 2015.
Namun belakangan, pejuang Houthi mulai menggunakan rudal dan pesawat tanpa awak dalam pertempuran untuk menghadapi pasukan koalisi pimpinan Saudi. Bahkan medan pertempuran kini beralih ke wilayah Arab Saudi dengan menggunakan rudal-rudal dan drone-drone yang membuat kewalahan pasukan koalisi Arab. Arab Saudi menuduh Iran berada di balik peningkatan persenjataan pejuang Houthi – namun Iran menyangkal semua tuduhan itu.
Serangan pejuang Houthi terhadap kilang minyak terbesar Arab Saudi telah menciptakan “keseimbangan” perang. Terbukti taktik serangan sporadis Houthi telah membuat Uni Emirat Arab (UEA) menarik pasukannya dari Yaman – dan militer Houthi pun menghentikan serangan mereka terhadap UEA.
Keberhasilan ini tampaknya telah mendorong militer Houthi untuk terus menyerang target-target ekonomi dan milter Arab Saudi dalam radius 1.500 kilometer dengan menggunakan drone hingga Arab Saudi menghentikan agresi militernya.
Houthi sendiri dalam sebuah pidato telah mengisyaratkan bahwa Amerika Serikat (AS) dan Israel telah memaksa Arab Saudi dan Emirates untuk melancarkan perang melawan mereka sebagai bagian dari perang mereka melawan Iran. Retorika Houthi ini jelas memberikan sinyal bahwa tidak ada perselisihan ideologis, agama atau strategis dengan Arab Saudi.
Setelah empat tahun pembantaian rakyat sipil Yaman oleh serangan udara pasukan koalisi, kelaparan dan penyakit, serta jutaan orang kehilangan tempat tinggal dan jatuh dalam jurang kemiskinan yang mengerikan – Perang Yaman telah berkembang menjadi perjuangan internasional untuk kesetaraan sebuah negara yang berdaulat dengan kepentingan strategisnya di pintu masuk ke Laut Merah.
Memang ada kekhawatiran bahwa Houthi akan menjadi “Hizbullah” di Yaman. Padahal pejuang Houthi bukanlah kaum Syiah seperti di Lebanon sebagaimana pandangan Barat dan Sunni.
Tampaknya, Perang Yaman telah mencapai tahap yang harus segera diselesaikan secara diplomatik untuk mengakhiri tragedi kemanusiaan yang mengerikan di sana. (Agus Setiawan)