NUSANTARANEWS.CO – Energi terbarukan kini tengah menjadi isu tren di sejumlah negara maju dan berkembang. Kebutuhan dunia akan hadirnya energi terbarukan memang sudah menjadi suatu keniscayaan. Sebab, bumi kini tengah dalam situasi dadurat pemanasan global.
Penelitian terbaru dari Data Satelit Nation Snow and Ice Data Center (NSIDC) Amerika Serikat menyebutkan es laut di Antartika menyusut hingga mencapai titik terendahnya pada musim dingin mendatang. Luas es di Arktik mencapai titik terendah pada musim dingin: 5.570.000 mil persegi (14.420.000 kilometer persegi). Sekitar 35.000 mil persegi (97.000 kilometer persegi) di bawah rekor tahun 2015 lalu.
Kondisi ini disebut mencapai rekor titik terendah es laut di mana para ilmuan mengatakan bahwa hal tersebut merupakan sinyal buruk karena suhu terlalu panas. Karena kenaikan suhu global, es laut Antartika menunjukkan tingkat penurunan yang tak menentu sejak pemantauan dimulai pada akhir 1970-an silam. Es laut Antartika bervariasi seperti es laut Kutub Utara, yang terus mengalami penurunan. Para ilmuwan menyalahkan kombinasi cuaca acak alam dan pemanasan global buatan manusia dari pembakaran batubara, minyak dan gas.
Komitmen mengurangi emisi karbon telah disepakati dalam perjanjian Paris tahun 2015 lalu. Sebanyak 200 negara menandatangani kesepakatan tersebut guna membatasi pemanasan global sampai berada di bawah 2 derajat celcius, termasuk Indonesia.
Sekadar informasi, Cina terhitung sebagai negara yang menyumbang gas rumah kaca terbesar di dunia, yakni 24%. Selain Cina, 10 negara penyumbang emisi terbesar lainnya adalah Amerika Serikat (12 %), Uni Eropa (9 %), India (6 %), Brazil (6 %), Rusia (5 %), Jepang (3 %), Kanada (2 %), Kongo dan Indonesia masing-masing (1,5 %).
Energi terbarukan kini menajdi suatu keniscayaan demi keberlangsungan kehidupan di muka bumi. Beberapa negara, seperti Jerman dan Norwegia telah membuat sejumlah kebijakan tentang penggunaan kendaraan bermotor guna mengurangi polusi. Bahkan kedua negara berkomitmen melarang penggunaan kendaraan bermotor pada tahun 2030 mendatang. Di tahun tersebut, semua mobil yang dijual harus bebas emisi.
Bagaimana di Indonesia? Sejah ini pemerintah masih berkutat pada level wacana, belum ada kebijakan-kebijakan kongret. Untuk itu, pemerintah memang harus melibatkan seluruh elemen masyarakat guna menumbuhkan gerakan bebas emisi dengan mengkampanyekan penggunaan energi terbarukan.
Kabar baik datang dari Exploscience IPB. Mereka menyelenenggarakan lomba menulis esai bertajuk ‘Selamatkan Bumi dengan Energi Terbarukan’. Perlombaan ini diselenggarakan oleh BEM FMIPA IPB tahun 2017 dengan nama kegiatannya Exploscience IPB.
Penulis: Eriec Dieda
Editor: Achmad Sulaiman