MancanegaraPolitik

Sebelum Terlambat Atas Konflik Rohingya, Ini Seruan Nusantara Foundation

NusantaraNews.co, Jakarta – Presiden Nusantara Foundation, Imam Shamsi Ali menjelaskan bahwa genosida di Burma bisa dibilang merupakan pelanggaran hak asasi manusia dan bencana kemanusiaan yang paling tragis dalam sejarah dunia mutakhir. Apa yang membedakan tragedi ini dari genosida Bosnia adalah bahwa ini hampir sepenuhnya ditinggalkan oleh masyarakat internasional.

“Sementara media mainstream sepertinya sangat menghindar untuk menutupinya,” cetus Imam Shamsi Ali dalam catatannya berjudul “Tidak ada pembicaraan, waktunya bertindak!” dikirim dari New York, 2 September 2017 lalu.

Menurut Imam Shamsi, genosida sistemik ini seharusnya tidak menjadi masalah hanya bagi umat Islam untuk dipecahkan. Bencana kemanusiaan ini, kata dia, berhubungan langsung dengan prinsip universal dasar kasih sayang dan kemanusiaan. Kelompok minoritas Muslim Burma, yang dikenal dengan Muslim Rohingyah, adalah minoritas paling teraniaya di dunia dan ini menurut laporan yang diterbitkan PBB.

Sebagai akibat langsung dari pelanggaran hak asasi manusia dasar ini, lanjut Imam, seluruh masyarakat internasional, bersama dengan media harus menyoroti penderitaan dan penderitaan minoritas Muslim Burma dengan lebih agresif.

Baca Juga:  Ecuador Suspends Recognition of Polisario Militia

“Kami menyerukan kepada semua pemerintah, yang memiliki kepedulian terhadap hak asasi manusia, untuk menghentikan semua

hubungan perdagangan dan diplomatik dengan pemerintah Burma sampai mereka mematuhi Hukum internal. Kami juga meminta Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk segera mengirim pasukan penjaga perdamaiannya tanpa intervensi pertanyaan

atau reservasi dan militer harus menjadi pilihan yang dipertimbangkan,” harap Imam.

Karena dalam pandangan dia, kelompok minoritas itu rentan yang malang ini telah dilupakan dan ditinggalkan sebagai korban pembersihan etnis. Dan dunia, termasuk mereka yang sering mengklaim sebagai juara hak asasi manusia ini sepertinya diam.

“Waktu untuk bertindak sekarang. Wanita Muslim Burma diperkosa secara sistematis dan dibunuh dengan cara digantung atau

dibakar hidup-hidup dan catatan menunjukkan bahwa anak-anak mereka telah digantung atau dilemparkan hidup-hidup ke dalam api

untuk mencegah generasi penerus bertahan,” seru Imam dari Kota New York.

“Ini adalah negara yang didukung genosida. Kita semua memiliki tanggung jawab, tanggung jawab dan kewajiban hukum, moral dan kewarganegaraan untuk membela orang-orang yang tidak berdaya,” imbuhnya.

Baca Juga:  Eropa Berharap Menjadi "Gudang Senjata Perang" untuk Menyelamatkan Ekonominya

Lebih lanjut ia menyampaikan bahwa, kurangnya liputan media tentang isu ini hanya memperkuat sebuah narasi bahwa umat Islam seharusnya tidak pernah dianggap sebagai korban, dan juga bukti yang jelas mengenai kemunafikan media mengenai isu-isu terkait Muslim. Para ekstremis biksu Buddha pun dimotivasi oleh kebencian religius dan ras.

“Seharusnya tidak ada lagi dialog yang konstruktif dan sehat. Waktu untuk bertindak sekarang dan setiap menit penundaan, pria yang tidak berdosa, wanita dan anak-anak dibunuh karena kepercayaan agama dan afiliasi etnis mereka. Betapa bencana kemanusiaan yang tragis!

Pewarta/Editor: Ach. Sulaiman

Related Posts

1 of 11