NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Dalam upayanya menggaet pasar keungan domestik di tengah pengetatan likuiditas, Bank Indonesia (BI) mengambil langkah menaikkan bunga acuan mencapai 150 bps (basis poin). Dengan kenaikan ini ada indikasi kuat jika bank sentral tak akan menaikkan lagi bunga acuan hingga akhir tahun.
Dalam keterangannya di Jakarta, Gubernur BI, Perry Warjiyo mengatakan kebijakan menaikkan bunga acuan ini dilakukan untuk mengantisipasi rencana bank sentral Amerika Serikat yang akan kembali menaikkan Fed Fund Rate (FFR) sebesar 25 bps pada Desember 2018 nanti.
“Saya sampaikan, dengan menaikkan bunga itu sudah antisipasi kenaikan FFR, termasuk kenaikan FFR yang 25 basis poin (bps) di akhir tahun,” kata Perry, di Jakarta, Jumat, 9 November 2018.
Baca Juga:
Dinilai Tak Ramah Pasar, Trump Buktikan Ekonomi AS di Puncak
Rupiah Menguat Dinilai Karena Pemerintah Kontrol Kebijakan Impor
Kemenangan Demokrat di AS Picu Rupiah Menguat
Sementara itu mengenai dampak yang dirasakan dengan menaikkan bunga acuan, membuat rupiah dalam sepekan terakhir menguat hingga 4,8% terhadap dolar AS. Ini picu, karena para investor mulai melakukan profit taking setelah rupiah menguat tajam.
BI masih cukup optimistis kenaikan bunga acuan yang dilakukan bank sentral dalam beberapa bulan terakhir telah membuat pasar keuangan domestik cukup menarik di mata investor.
“Alhamdulillah, bahwa kebijakan itu menjadi faktor positif kenapa aliran modal asing masuk ke SBN Rp 14,5 triliun bulan ini,” kata Perry.
Nah sore ini, BI rencananya akan melaporkan hasil current account (transaksi berjalan) untuk periode kuartal III-2018. Dimana sebelumnya berencana akan diumumkan pada Senin lalu, 5 November 2018.
Pewarta: Romadhon Emka