Tempat Berpijak
Jeritan alam menggema
Kekuatan alam menghancurkan alam
Bukan bunuh diri
Menjadikannya hancur bagai tak bermanfaat
Meminta tanpa pernah berterimakasih
Di beri tanpa sepatah kata
Namun
Malah api yang kau beri
Bukan tak berdaya
Tapi perintah dari sang kuasa
Purwokerto, 5 Oktober 2019
Tempat Kembali
Tempat sederhana yang menjadi kenangan
Gubuk kecil berjuta kebahagiaan
Aroma khas di setiap sudut
Redup bukan berarti gelap
Bukan omong kosong
Gelapnya malam tak dapat mensunyikan kami
Panasnya sang surya tak kan memudarkan
Air hujan belum bisa menembus kami
Senyum kami bukan lawakan
Ikhlas dari dalam sanubari
Sakit satu menderita semua
Bercibaku di atas logika
Jarak bukan masalah
Karena hati kami terhubung
Dalam iringan doa
Di setiap hembusan nafas
Purwokerto, 6 Oktober 2019
Belahan Jiwa
Kulihat dari kejauhan
Mata indah bersinar
Bunga di tengah alang-alang
Waktu terasa terhenti
Semakin dekat
Terasa di guyur hujan
Suranya lirih
Bagai alunan melodi
Kata-katanya ku tempel dengan paku
Mustahil terlepas dari ingatan
Janji seumur hidup
Melampaui usia dunia
Pertemuan Singkat namun bermakna
Senyuman yang merubah dunia
Dunia tanpa pepohonan
Menjadi langit berjuta bintang
Purwokerto, 30 September 2019
Momen Spesial
Ku beri pena biru
Berharap kau akan menulis doa
Yang akan menjadikan ku
Luasnya laut yang dapat
Menerima semua kerinduanmu
Purwokerto, 11 Oktober 2019
Salah Arah
Ingin memutar balik
Takut, resah, bingung
Jatuh ke dalam pusaran laut
Berputar di lingkaran penyesalan
Ketika hati gundah
Ingin sang penolong datang
Membawa sepucuk harapan
Namun hanya khayalan
Bisikan makluk terkutuk
Akal seakan bungkam
Ilmunya diam
Nafsunya meledak
Namun hatinya sadar
Kembalilah kepada sang kholik
Dia coba langkahkan kakinya
Tersadar tak akan terulang
Purwokerto, 5 September 2019
Kertas Ajaib
Ujian tidak hanya memberikan persoalan
Namun, ujian juga memberikan pertemuan
Yang kemudian menciptakan ikatan sederhana yang luar biasa
Kau hanya berikan secarik kertas
Berisi coretan yang menimbulkan tanda tanya
Tak banyak kau aku ucapkan
Tapi kita sama-sama tahu
Rasa yang tertahan bagai awan mendung
Kelak menjadi tetesan hujan
Yang Kemudian menumbuhkan
Sepucuk bunga harapan
Purwokerto, 10 Oktober 2019
Kunang-kunang Malam
Secercah cahaya
Di tengah samudra kehampaan
Bukan untuk menutup mata
Apalagi hanyut terbawa suasana
Ketika cahaya tak ada
Aku sendiri menjadi pencipta bayangan
Purwokerto, 1 Oktober 20019
Biodata penulis:
Rizal Hidayatulloh, lahir di Banjarnegara, 21 Maret 2001 tepatnya di Dusun Karang Tanjung Desa Luwung RT03/RW03 Kecamatan Rakit, Kabupaten Banjarnegara, Jawa Tengah. Menempuh pendidikan dari SD Negeri 1 Luwung, MTS Negeri 2 Rakit, Man 2 Banjarnegara dan saat ini dia tercatat sebagai mahasiswa di IAIN Purwokerto Fakultas Tarbiyah dan ilmu Keguruan, Prodi PAI dan mondok di Pondok Pesantren Al-Hidayah Karangsuci Purwokerto. Email: [email protected],