Berita UtamaMancanegaraOpiniTerbaru

Saatnya BRICS Merekonstruksi Suriah dan Mengakhiri Pendudukan Amerika

Saatnya BRICS Merekonstruksi Suriah dan Mengakhiri Pendudukan Amerika

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Belakangan ini gerakan multilateralisme global semakin jelas keberadaannya sebagaimana yang dipelopori oleh BRICS untuk melawan hegemoni Barat atau Pax Americana yang telah berlangsung sejak berakhirnya Perang Dunia II.

Hal ini tentu dapat menjadi momentum guna mengakhiri pendudukan ilegal militer Amerika Serikat (AS) di Suriah yang sejak awal memang bertujuan untuk menjarah sumber daya alam terutama minyak dan ladang pangan biji-bijian Suriah – meski dalihnya adalah untuk melawan ISIS yang sebetulnya adalah operasi hitam AS atau spin-off dari al-Qaeda yang sukses memecah belah Yugoslavia yang dikenal dengan peristiwa Balkanisasi di Eropa Tenggara pada awal abad 21.

Seperti diketahui, Departemen Luar Negeri AS dengan dalih mencegah kebangkitan ISIS bersikeras akan tetap menduduki sepertiga wilayah Suriah yang kaya minyak dan mineral ini tanpa batas waktu – dan terus akan mengeksploitasi (menjarah) SDA yang ada sebagai “pemenang perang” sambil mengutuk operasi militer khusus Rusia di Ukraina yang bertujuan melucuti senjata rezim Neo Nazi yang melancarkan genosida terhadap etnis Rusia.

Baca Juga:  Jadi Pembicara Tunggal Prof Abdullah Sanny: Aceh Sudah Saatnya Harus Lebih Maju

Sejauh ini, perang di Suriah boleh dikatakan telah berakhir, namun tetap saja masih jauh dari selesai karena mesin rakus imperialime Barat yang tak bermoral telah beroperasi di sana sambil menjalankan kebijakan “Zbigniew Brzezinski” yang bertujuan menggulingkan Presiden Bahsar al Assad dan memecah belah belah kedaulatan negara  yang tidak sejalan dengan kepentingan nasional AS.

Lihat saja Pasukan “Demokrat” Suriah (SDF) yang merupakan proksi AS yang dibentuk berdasarkan koalisi milisi etnis seperti suku Kurdi, beberapa suku Arab, Turkmenistan, dan organisasi teroris lainnya – yang rutin digunakan oleh militer pendudukan AS untuk mengawal penyelundupan minyak keluar dari Suriah menggunakan puluhan mobil tangki menuju ke Irak utara melalui lintasan perbatasan al-Waleed atau al-Mahmoudiya.

Tidak hanya itu, Pentagon belakangan ini juga bahkan semakin memperkuat pasukan proksinya dengan mengirimkan  persenjataan canggih dan logistiknya termasuk HIMARS.

AS telah mendirikan sedikitnya selusin pangkalan militer ilegal di sepertiga wilayah Suriah yang kaya minyak dan gas di timur Efrat yang merupakan 90% cadangan minyak rakyat Suriah.

Baca Juga:  BRICS: Inilah Alasan Aliansi dan Beberapa Negara Menolak Dolar

Sementara itu seiring rencana rekonstruksi Suriah oleh Bank Pembangunan Baru (NDB) BRICS dan keberhasilan diplomasi Cina di Timur Tengah yang memulihkan hubungan Arab Saudi-Iran dan diterimanya kembali Suriah menjadi anggota Liga Arab telah merubah konstelasi kawasan secara signifikan menjadi lebih damai.

Seruan untuk mengakhiri penduduikan ilegal AS di Suriah pun semakin keras, termasuk mengakhiri kehadiran pasukan asing di kawasan regional Timur Tengah.

Rusia sejauh ini terkesan masih bersikap diplomatis menyikapi pendudukan ilegal militer AS di Suriah – meskipun belakangan ini telah terjadi beberapa puluh kali insiden dengan militer AS di Suriah.

Damaskus sendiri telah melaporkan ke PBB bahwa sektor energinya telah mengalami kerugian hingga lebih dari $100 miliar selama satu dekade dijarah oleh pasukan pendudukan AS bersama pasukan proksi teroris dan separatisnya. Bahkan menegaskan bahwa lebih dari 80 persen produksi minyak harian Suriah telah dicuri dan diselundupkan oleh AS dan koalisinya hanya pada paruh pertama tahun 2022.

Baca Juga:  PMP DIY Gelar Tasyakuran Atas Kemenangan Prabowo-Gibran Satu Putaran

Ya, pemulihan Suriah merupakan tantangan yang sangat besar. Dan ini menjadi peluang BRICS untuk menunjukkan kapasitasnya sebagai penyelamat atau antitesa dari imperilisme barat guna mengakhiri Pax Americana yang hampir satu abad jegemoninya. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 26