NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ekonom kenamaan nasional, Rizal Ramli menilai wajar jika Presiden Jokowi (Joko Widodo) panik atau risau dengan kondisi defisit neraca transaksi berjalan atau current account deficit nasional.
“Wajar,” ucap Rizal Ramli kepada redaksi NUSANTARANEWS.CO saat ditemui usai mengisi acara di kawasan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Rabu (31/10/2018) malam.
Dirinya menjelaskan, situasi mengenai defisit current account nasional yang semakin membesar akan menjadi beban bagi kondisi rupiah.
“Ya memang hari Senin (5/11) Bank Indonesia akan keluarkan laporan tentang current account, yang akan makin membesar dan akan memberikan tekanan tambahan terhadap rupiah,” kata Rizal Ramli.
Sebagai informasi, diprediksikan kondisi neraca transaksi berjalan atau CAD (current account deficit) nasional pada kuartal III-2018 tak terbendung.
Baca juga: Wajar Presiden Jokowi Gelisah Soal Neraca Transaksi Berjalan
Indikasi paling sederhana, dapat dilihat dari sektor perdagangan yang terus merugi. Sebagai contoh, sepanjang kuartal III-2018, neraca perdagangan defisit mencapai US$ 2,72 miliar. Angka tersebut jauh lebih buruk jika dibandingkan dengan kuartal sebelumnya yaitu US$ 1,37 miliar.
Wajar jika kemudian Presiden Joko Widodo pada Selasa (31/10) mengumpulkan para menterinya untuk rapat selama tiga jam. Jokowi kemudian risau dengan situasi defisit neraca transaksi berjalan.
Bahkan, sejumlah menteri memilih bungkam setelah mengikuti rapat selama tiga jam bersama Presiden. Kecuali Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN), Bambang Brodjonegoro.
Kepada wartawan, Bambang menjelaskan dalam rapat besar itu, intinya membahas mengenai current account atau neraca transaksi berjalan.
“Highlight-nya bagaimana memperkuat current account untuk jangka pendek menengah,” kata Bambang di Istana Negara, Jakarta, Rabu (31/10).
“Kita tadi ngomongin current account jadi lebih ke TKDN (tingkat kandungan dalam negeri), B20, lebih ke sana,” tandasnya.
Pewarta: Adhon Emka
Editor: Gendon WIbisono