Sembilu Senja
tak perlu banyak kata
pandang saja mataku
tataplah selekat mungkin
sampai kau mengerti
aku membutuhkanmu,
ayah…
ini masih terlalu sore
untuk pulang ke pangkuan ibu
tertawalah sekali lagi
tersenyumlah sekali lagi
sampai aku tak ingat
jika ibuku bertambah satu
Purwokerto, 10 Februari 2019
Luka
belum sempat aku selesaikan
derai air mata
yang menghujam
kini harus terluka lagi
tak kau tau
ku tak tau
arah
ku berlari
berangan mendekap senja
dihangatkan rindumu
namun tak mungkin
terlalu sakit
senja menghilng
tanpa pamit
aku pergi
darimu
lekaslah sembuh
luka hatiku
dan namamu
masih membekas
Purwokerto, 9 Februari 2019
Sebelum Habis Masanya
Sebelum habis masanya
jiwa yang tersungkur
mendengkur
dalam dekap takabur
berlagak layaknya
berkuasa agaknya
tanpa tahu
panggilan
Izra’il yang tersenyum
Penuh makna
untuk mendekapmu
Purwokerto, 13 Februari 2019
Temaram
dalam gelap
temaram
surau-surau berpesta
bersahut lantunan ilahi
azan isyak membangunkan
lamunan santri
yang tak lagi suci
yang terasingkan
dalam sangkar sang kyai
Purwokerto, 13 Februari 2019
Perempuan Penyuka Senja
sehalus tisu
teramat suci nan putih
namun tak bermakna
tanpa ada yang
menyentuhnya
mengambilnya
merobeknya dengan kasar
betapa bahagia
tatkala air mata
datang menghampiri
tuk diseka
selembar tisu
untuk menghapus luka
perempuan penyuka senja
yang menangis
karena senja
telah hilang
dicuri pangeran
pengabdi senja
Purwokerto, 13 Februari 2019
Dian Apriani, tinggal di Kelurahan Beluk, kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah. Hisa dihubungi melalui facebook: Dian Apriani (yeol)
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].