MancanegaraTerbaru

Presiden Turki Meminta Bangladesh Buka Pintu untuk Muslim Rohingya

NUSANTARANEWS.CO, Ankara – Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengatakan Myanmar telah melakukan ‘genosida’ terhadap minoritas Muslim Rohingya yang sepekan terakhir ditimpa kekerasan etnis. Saat ini, puluhan Muslim Rohingya di Rakhine Myanmar melarikan diri melintasi perbatasan ke Bangladesh untuk menghindari aksi kekerasan militer Myanmar.

“Ada genosida di sana. Mereka menutup mata terhadap genosida yang diabadikan di bawah tabir demokrasi,” kata Erdogan dalam sebuah pidato di Istanbul saat hari raya Idul Fitri Idul Adha seperti dikutp AFP.

Sekitar 400 orang – kebanyakan dari mereka adalah Muslim Rohingya – tewas dalam kekerasan di Rakhine. Laporan tentang pembantaian dan pembakaran desa secara sistematis dan terencana oleh pasukan keamanan Myanmar, dan juga oleh para militan semakin memperkuat ketegangan sehingga menimbulkan kekhawatiran bahwa kekerasan komunal di Rakhine membabi-buta dan di luar kendali.

Untuk menghindari kekerasan tersebut, sekitar 20.000 warga Rohingya berkumpul di sepanjang perbatasan Bangladesh dan dilarang memasuki negara Asia Selatan. Sementara, puluhan orang putus asa setelah tenggelam saat menyeberangi Naf, sebuah sungai perbatasan, di kapal darurat.

Baca Juga:  Fenomena “Post Truth" di Pilkada Serentak 2024

Erdogan mengatakan bahwa dia akan mengemukakan masalah tersebut di Majelis Umum PBB berikutnya di New York akhir bulan ini. Sebab, dirinya telah berbicara dengan Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres dan pemimpin Muslim lainnya.

Menurut kantor berita Anadolu, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengatakan kepada pihak berwenang Bangladesh untuk membuka pintunya. Ditambahkan, bahwa Turki bersedia menanggung biaya yang berkaitan dengan kebutuhan Muslim Rohingya.

Bangladesh sudah menampung 400.000 Rohingya dan tidak menginginkan lebih banyak lagi. “Kami telah meminta Organisasi Kerjasama Islam. Kami akan menyelenggarakan pertemuan puncak tahun ini. Kita harus menemukan solusi pasti untuk masalah ini,” kata Cavusoglu.

Dewan Keamanan PBB sudah menggelar pertemuan tertutup pada Rabu (30/8) untuk membahas kekerasan di Rakhine. Sayang, hasil pertemuan tidak ada pernyataan resmi mengenai krisis itu.

Namun, Guterres mengatakan dirinya sangat prihatin dengan situasi di Myanmar dan menyarankan masing-masing pihak bersikap tenang untuk menghindari bencana kemanusiaan. Rohingya dikucilkan di Myanmar, di mana sekitar satu juta komunitas kuat Rohingya dituduh sebagai imigran gelap dari Bangl. (ed)

Baca Juga:  Kapal Cepat Sirubondo-Madura di Rintis, Ekonomi Masyarakat Bisa Naik

(Editor: Eriec Dieda)

Related Posts

1 of 15