Berita UtamaEkonomiTerbaru

Plastik Tetap Menjadi Bahan Baku Utama Strategis Industri Masa Depan

Plastik tetap menjadi mahan baku utama strategis industri masa depan. Inovasi material  nilon sintetis yang ditemukan pada tahun 1935 sebagai pengganti bahan sutra untuk parasut dan perlengkapan lainnya dalam Perang Dunia II/Foto: Istimewa
Plastik tetap menjadi bahan baku utama strategis industri masa depan. Inovasi material  nilon sintetis yang ditemukan pada tahun 1935 sebagai pengganti bahan sutra untuk parasut dan perlengkapan lainnya dalam Perang Dunia II/Foto: Istimewa

NUSANTARANEWS.CO, Tokyo – Plastik tetap menjadi bahan baku utama strategis industri masa depan. Plastik telah memberi banyak aspek daalam kehidupan modern yang murah, aman, dan nyaman – namun gagal masyarakat modern gagal menemukan cara membuang setelah menggunakannya.

Plastik tidak seperti jenis sampah makanan lainnya dengan mudah terdegradasi oleh mikroorganisme hidup atau melalui proses kimiawi. Akibatnya, krisis sampah plastik terus meningkat mengancam kesehatan planet. Para ilmuwan memperkirakan bahwa jika tren saat ini berlanjut maka massa plastik di lautan akan sama dengan massa ikan pada tahun 2050.

Selain itu, membuat plastik dari minyak bumi juga meningkatkan kadar karbon dioksida di atmosfer, berkontribusi pada perubahan iklim.

Kini sejumlah perusahaan Jepang bekerja sama dengan universitas terkemuka sedang berupaya mengembangkan plastik jenis baru yang dapat memangkas emisi CO2.

Baca Juga:  Kondisi Jalan Penghubung Tiga Kecamatan Rusak di Sumenep, Perhatian Pemerintah Diperlukan

Kelompok tersebut menargetkan mengembangkan teknologi untuk memproduksi plastik dari bahan organik, yang dikenal dengan sebutan “biomass” secara massal dengan komponen utama plastik tersebut berasal dari mikroalga Euglena.

Sebuah konsorsium telah dibentuk antara Seiko Epson, NEC, Universitas Tokyo, dan perusahaan patungan bernama Euglena.

Plastik biomassa tersebut akan dibuat dengan basis komponen paramylon yang berasal dari Euglena.

Para peneliti meyakini bahwa bahan ini bisa menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan plastik biasa yang berasal dari bahan bakar fosil.

Konsorsium itu berharap dapat memproduksi sekitar 200.000 ton plastik biomassa per tahunnya sebelum 2030.

Sebagai informasi, polimer sintetis yang berasal dari minyak bumi telah dikembangkan sejak tahun 1930-an, ketika inovasi material baru sangat dibutuhkan untuk mendukung pasukan Sekutu dalam Perang Dunia II. Misalnya, bahan nilon sintetis yang ditemukan pada tahun 1935 sebagai pengganti bahan sutra untuk parasut dan perlengkapan lainnya. Dan poli (metil metakrilat), yang dikenal sebagai Plexiglas, menggantikan kaca di jendela pesawat. Saat itu, hanya ada sedikit pertimbangan tentang apakah atau bagaimana bahan-bahan ini akan digunakan kembali.

Baca Juga:  Punya Stok Cawagub, PDI Perjuangan Berpeluang Usung Khofifah di Pilgub Jawa Timur

Plastik sintetis modern dapat dikelompokkan menjadi dua kelompok utama: Termoplastik, yang melunak saat dipanaskan dan kemudian mengeras lagi saat didinginkan, dan termoset, yang tidak pernah melunak setelah dicetak. Beberapa polimer sintetik volume tinggi yang paling umum termasuk polietilen, digunakan untuk membuat pembungkus film dan kantong plastik; polypropylene, digunakan untuk membentuk wadah dan kemasan yang dapat digunakan kembali; dan polietilen tereftalat, atau PET, digunakan pada pakaian, karpet, dan botol minuman plastik bening.

Dewasa ini, tantangan terbesar terhadap bahan plastik sekali pakai adalah bagaimana bahan tersebut harus dapat terurai secara hayati – mengingat bahan plastik modern memiliki banyak jenis dan kegunaan – sehingga tetap dapat digunakan secara berkelanjutan. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,050