Puisi

Pesetubuhan di Goa Payudan

Puisi Sugik Muhammad Sahar
Pesetubuhan di Goa Payudan

Masihkah kau susuri rimbun biru kenangan
Pada tiap helai lekuk alismu
Atau kau hanya mencatat muram sunyi
Telah merebut kembali
Dengan apa pantas kau lukis
Lebih dalam dan lebar dari perkiraan
Menyerah pada ketabahanku
Dengan air, cat, atau pahat seorang seniman
Ah, tak perlu kau ceritakan itu

Rebahkan dadamu di sini, kali ini saja
Detak jantungmu seperti derap langkahku yang pertama
Luluh, kemudian terjatuh
Seperti persetubuhan kita di goa Payudan
Dan mungkin kau lantas berkata
Bukankah telah bersepakat merestui Adi Poday dan Potrè Konèng
Yang melahirkan Jokotolè
Di tanah Majapahit ia didamba
Di tanah garam ia dipuja
Sebagaimana diriku
Kau juga percaya
Bahwa kita bukanlah di antara mereka

Barangkali rupa ini belum terbiasa
Menutup gelisah tubuh mengubur jejak
Meski pernah juga tanpa sengaja tersesat
Pada bukit dan hutan yang lain
Dimana kata dan doa benar-benar bermula

Pamekasan 2017

Sugik Muhammad Sahar, lahir di Pamekasan, 30 Mei 1985 Desa Polagan Kecamatan Galis Kabupaten Pamekasan 69382. Alumnus Program Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Madura. Menulis puisi menggunakan bahasa Indonesia  dan bahasa Madura. Tahun 2017 karya-karyanya pernah dipublikasikan di: Radar Madura, Sastra Sumbar, Padang Ekspres, Jawa Post, Haluan Padang, Banjarmasin Post dan lainnya. Antologi bersama penyair lain: Kumpulan Puisi “Lebih Baik Putih Tulang Dari Pada Putih Mata” Bangkalan Madura 2017. Saat ini mengabdi di Lembaga Ponpes Al-Hasan Putri. 

Related Posts

1 of 144