NUSANTARANEWS.CO – Cina tertarik pada proyek Kra Kanal (Thai Canal) guna memotong tanah genting selatan Thailand yang menghubungkan Teluk Thailand dengan Laut Andaman. Dengan begitu, akan memberikan alternatif untuk transit melalui Selat Malaka dan memperpendek transit pengiriman minyak ke negara-negara Asia Timur seperti Jepang dan Cina serta menghemat waktu. Cina sendiri menyebut jalur ini sebagai bagian dari skema program maritim abad 21.
Tak salah kalau kemudian Cina menyebut Kra Kanal sebagai proyek strategis. Pasalnya, saat ini 80% minyak yang dipasok Cina berasal dari Timur Tengah dan Afrika yang melewati Selat Malaka. Cina menyatakan diri berani mengambil resiko terhadap Selat Malaka ini dan siap berseteru dengan Amerika Serikat demi memperjuangkan kepentingan nasionalnya. Dengan menguasai Kra Kanal, Cina akan dengan mudah memblokade Selat Malaka sebagai pintu masuk impor minyak dari Timur Tengah dan Afrika.
Mantan Presiden Cina, Hu Jintao bahkan dengan tegas menyatakan bahwa jalur ini dengan sebutan Malaka Dilema. Sebab, akibat proyek ini baik Cina, Thailand maupun Singapura bersitegang. Cina sendiri sempat gusar dengan PM Lee Hsien Loong karena dituding telah bersekongkol dengan Amerika Serikat untuk melawan Cina di kawasan Asia Pasifik, termasuk dalam proyek Kra Kanal. Singapura dituding menghalang-halangi Cina untuk membangun proyek strategis tersebut. Bahkan tak sungkan Cina menuding PM Lee sebagai poinnya AS.
“Singapura bisa pergi dan menyenangkan orang Amerika, tetapi perlu melakukan yang terbaik untuk menghindari merugikan kepentingan Cina. Ini harus jelas dan terbuka tentang sikapnya,” kritik Cina melalui Global Times. Cina menghendaki Singapura membantu Cina dan AS untuk menghindari konfrontasi sebagai tujuan utama dan tidak berpihak.
Selain itu, Cina juga menuding bahwa Singapura sudah jelas keberpihakannya. Karena, Agustus tahun lalu saat PM Lee diundang ke Gedung Putih ia memuji Barack Obama dengan mengatakan bahwa Obama adalah Presiden Pertama Asia Pasifik. “Singapura membutuhkan lebih banyak kebijaksanaan,” kata artikel Cina dalam Global Times.
Ketidakberpihakan Singapura terhadap Cina semakin jelas kelihatan. Singapura bahkan telah ikut campur dalam konflik Laut Cina Selatan, salah satunya mengangkat isu sengketa di Laut Cina Selatan dalam KTT GNB yang diselenggarakan di Vanazuela pada 18 September tahun lalu. Cina menyebutkan dalam pertemuan itu, Singapura telah menegaskan untuk menyertakan putusan pengadilan internasional di Selat Malaka, yang mendukung Filipina.
Cina sebeumnya tak memperkirakan Singapura akan mengangkat isu tersebut melainkan akan tampil sebagai mediator yang netral antara Cina dan negara-negara ASEAN serta tidak membesar-besarkan sengketa LCS dalam pertemuan multilateral Platform di KTT GNB.
“Jika Singapura tidak menyesuaikan kebijakannya, saya takut hubungan bilateral akan memburuk. Singapura harus berpikir dua kali tentang kerjasama keamanan terutama dengan Amerika Serikat, dan keseimbangan yang lebih baik antara China dan AS,” ujar
Xu Liping, peneliti senior studi Asia Tenggara di Chinese Academy of Social Sciences.
Sekadar informasi, pada tahun 1897 Thailanda dan Kerajaan Inggris sepakat untuk tidak membangun kanal guna menjaga kepentingan Singapura sebagai jalur yang dilewati untuk urusan pengiriman termasuk di Selat Malaka. Tapi, pada abd 20 ide tersebut kembali mencuat untuk kembali membangun kanal. Hanya saja, niat Thailand masih urung dilakukan karena kendala teknologi dan kepemimpinan politik Thailand yang tidak tegas.
Pemerintah Thailand memang dalam posisi sulit terkait dengan pembangunan kanal. Sebab, seperti diutarakan pengamat intelijen dan pertahanan Susaningtyas NH Kertopati di Selatan Thailand ada separatis Patani Melayu Muslim dalam kondisi tidak ada pemisah fisik saja mereka mereka mau merdeka apalagi diberikan pemisah fisik (Kanal).
“Kalau ada kan untuk jalur kapal langsung yang ke Cina, kan bagus saja kita bebas externalities. Kedua, Kkapal jurusan Tanjung Priok ya bisa langsung bablas ke pelabuhan. Jika ini terjadi yg merugi adalah Singapura. Bagi Indonesia lebih menguntungkan dibanding Malaysia dan Singapura karena berkurangnya jumlah kapal juga berarti mengurangi polusi laut,” ujarnya kepada redaksi, Minggu 919/3/2017).
Kini, Kra Kanal telah menjadi kenyataan. Kapal-kapal akan mempertimbangkan melewati Selat Malaka dan Singapura sehingga membuat lokasi geografis Singapura menjadi sangat penting dan menentukan, teruma untuk Cina sendiri yang menjadikan Selat Malaka sebagai jalur impor minyak dari Timur Tengah dan Afrika. Dengan kata lain, Singapura adalah penentu utama bagi kepentingan Cina, teruma ihwal Kra Kanal ini.
Penulis: Eriec Dieda