Mancanegara

Peran Israel dan Pengerahan Militer AS Mengepung Iran

Netanyahu dan Bolton

NUSANTARANEWS.CO – Peran Israel dan pengerahan militer Amerika Serikat (AS) mengepung Iran. Komando Pusat (CENTCOM), komando militer terpadu AS yang bertanggung jawab atas Timur Tengah telah mengkonfirmasi bahwa ada sejumlah indikasi ancaman yang berasal dari Iran di seluruh wilayah regional Timur Tengah. Terkait dengan itu, Sekretaris Negara Mike Pompeo, langsung membatalkan kunjungannya ke Jerman untuk bertemu dengan Kanselir Jerman Angela Merkel. Pompeo diperintahkan untuk mengunjungi Bagdad untuk membahas masalah Iran.

Apa yang sedang terjadi sesungguhnya. Pertunjukan apa yang sedang dipentaskan oleh AS dengan pengerahan militer untuk mengepung Iran?

Apakah semua hal ini hanya dilakukan untuk mendukung kebijakan intelijen Israel yang kemudian disahkan oleh Bolton pada pertemuan 16 April 2019 di Gedung Putih – di mana pertemuan itu membahas “fitnah terhadap Iran sebagai sumber destabilisasi di Timur Tengah bahkan di seluruh dunia.”

Kebijakan tersebut, ditengarai diambil berdasarkan info analisis intelejen Mossad tentang “skenario” apa yang “mungkin” direncanakan oleh Iran. Anehnya info intelijen ini terbuka secara luas. Malah seorang pejabat Israel mengkonfirmasi dengan mengatakan: “Masih belum jelas bagi kami apa yang akan dicoba lakukan oleh Iran dan bagaimana mereka berencana untuk melakukannya. Tetapi sangat jelas bagi kami bahwa suhu Iran sedang meningkat sebagai akibat dari tekanan yang terus meningkat. Sehingga mereka mempertimbangkan untuk melakukan pembalasan terhadap kepentingan AS di Teluk.”

Baca Juga:  Drone AS Tidak Berguna di Ukraina

Mendengar skenario tersebut, Menteri luar negeri Iran, Mohammad Javad Zarif, mencemooh pernyataan Bolton, dan mengatakan bahwa apa yang diarahkan oleh “tim-B”, yang meliputi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, Putra Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, dan Putra Mahkota Abu Dhabi Mohammed bin Zayed – sebagai dorongan kepada konfrontasi yang tidak diinginkan, kata Zarif.

Bolton sendiri sebetulnya adalah seorang penasihat presiden yang tidak dikonfirmasi oleh Senat dan staf Gedung Putih yang tidak berada dalam rantai komando militer dan tidak memiliki otoritas komando.

Terlepas dari spekulasi “tim B” – faktanya Gedung Putih telah mengumumkan pengerahan pasukan militer AS sebagai tanggapan atas dugaan ancaman yang muncul di Timur Tengah – yang sebetulnya ditentang oleh Pentagon.

Kategori ancaman Iran sendiri belum diartikulasikan secara resmi oleh Gedung Putih atau Pentagon. CNN, mengutip pejabat Pentagon yang tidak disebutkan namanya, mengatakan bahwa sumber intelijen telah melaporkan adanya kegiatan militer Iran yang melakukan pemindahan rudal balistik jarak pendek dengan kapal ke Teluk Persia,” kutip CNN.

Baca Juga:  Amerika Memancing Iran untuk Melakukan Perang Nuklir 'Terbatas'?

Iran memang memiliki rudal balistik jarak pendek yang diproduksi berdasarkan Frog-7 – roket artileri jarak pendek buatan Rusia. Senjata ini kemudian dikenal sebagai Zelzal-2, dan telah diekspor ke Suriah, Yaman, dan Libanon.

Iran juga telah mengembangkan Zelzal-2: Fateh-110 dan Zulfiqar sebagai rudal balistik jarak pendek. Fateh-110 telah diekspor ke Hizbullah, Suriah, Houthi di Yaman, dan milisi di Irak. Pada September 2018, Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) menembakkan tujuh rudal Fateh-110 terhadap pasukan oposisi Kurdi Iran yang bermarkas di Irak utara. Turunan lebih maju dari Zelzal-2, yang dikenal sebagai Zulfiqar, baru-baru ini mulai beroperasi; pada Juni 2017 dan pada Oktober 2018, IRGC menembakkan rudal balistik permukaan-ke-permukaan Zulfiqar terhadap target ISIS yang terletak di dalam wilayah Suriah.

Rudal-rudal ini telah menimbulkan ancaman terhadap keberadaan pasukan Amerika yang dikerahkan di Timur Tengah.

Nah, aktivitas militer rutin ini, seharusnya tidak memicu krisis yang membutuhkan penempatan darurat pasukan AS. Iran sudah biasa mengirimkan rudal balistik jarak pendek untuk Suriah dan Hizbullah melalui jalur udara Teheran dan Damaskus. Kegiatan ini telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir, kecuali untuk pengiriman ke kelompok Houthi, memang tidak ada pilihan kecuali melalui laut.

Baca Juga:  Inggris Memasuki Perekonomian 'Mode Perang'

Pernyataan Bolton, CENTCOM, Pompeo, telah mengabaikan fakta ini. Sebaliknya bersikeras sebagaimana disebarkan luaskan media mainstream: “Bahwa Iran telah bersiap untuk menyerang pasukan militer Amerika di Timur Tengah. Kemampuan rudal balistik jarak pendek Iran adalah bagian dari ancaman rudal yang lebih besar – yang dapat menyerang pangkalan-pangkalan AS di wilayah tersebut dengan bahan peledak tinggi.

Pengalaman AS dalam Perang Teluk, dan pengalaman Arab Saudi di Yaman, telah menggarisbawahi kenyataan bahwa target bergerak yang dapat dipindahkan seperti persenjataan rudal Iran hampir tidak mungkin untuk diserang melalui kekuatan udara.

Kebijakan Bolton, tampaknya memang disengaja untuk meningkatkan ketegangan dengan Iran berdasarkan informasi intelijen palsu. Bolton tampaknya ingin menjerumuskan AS ke dalam perang yang belum tentu bisa dimenangkan.

Kenyataan bahwa Israel berada di belakang layar yang memasok informasi intelijen tersebut semakin dipertanyakan. Ini menunjukkan bahwa John Bolton lah yang merupakan ancaman terbesar sesungguhnya bagi keamanan nasional AS. (Agus Setiawan)

Related Posts

1 of 3,049