NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Maraknya hoaks di media sosial dinilai menjadi ancaman disintegrasi bangsa Indonesia. Kenyataan itu ditambah lagi dengan situasi pemilihan umum 2019.
Direktur Eksekutif IPI, Karyono Wibowo menilai, situasi perpolitik nasional semakin panas. Ditambah lagi dengan adanya sebaran hoaks yang memicu publik terpolarisasi.
“Banyaknya hoaks yang tersebar menyebabkan masyarakat terpolarisasi. Kalau dibiarkan, maka bisa terjadi disintegrasi,” kata Karyono Wibowo saat menjadi narasumber dalam diskusi di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (16/3/2019).
Baca Juga: Mabes Polri: Hoaks Masih Digunakan untuk Cari Dukungan dan Rusak Lawan Politik
Dirinya menjelaskan bahwa apa yang terjadi di Pemilu 2019 kali ini merupakan residu dari pemilu 2014. Di Pemilu 2014 masyarkat juga terpolarisasi.
“Celakanya di pemilu 2019 ini hoaks semakin meningkat,” ujarnya.
Menurut Karyono, ada korelasi yang sangat kuat antara hoaks dengan kepentingan politik.
Ada strategi kampanye, satu kampanye hitam. Kedua kampanye negatif dan kampanye positif,” jelasnya.
Kampanye hitam kerap digunakan ketika posisi kandidat berada di posisi yang kalah dan nyaris kalah.
“Meskipun surveinya di atas, tapi selisihnya tidak terlalu jauh, maka salah satu cara adalah melakukan black campaign,” tandasnya.
Pewarta: Romandhon
Editor: Eriec Dieda