Budaya / SeniPuisi

Pengembara Bersayap di Lautan Jilbab

Pengembara Bersayap di Lautan Jilbab. (FOTO: ISTIMEWA)
Pengembara Bersayap di Lautan Jilbab. (FOTO: ISTIMEWA)

Puisi Polanco S. Achri

Do

Bagaimana cara menjelaskan do pada mereka yang tuli, kasih?
Haruskah ia mencumbu kuping-kuping mereka, seperti kesunyian angin malam
Yang tiap sentuhannya melahirkan do lewat keheningan rahim suling?

Coba dengarkan angin malam! Ia masih setia temani imaji-imaji(ku)
Memungut tiap do yang menjelma menjadi simfoni merdu kerinduan
Kulihat mereka begitu mesra; telanjang di bawah langit berbintang

Sedang aku yang fana, masih mencari penaku yang hilang
:di mana engkau? Aku ingin menulis sajak kerinduan; do!
Agar hatiku tenang, siapa tahu esok kupingku menjadi tuli?

(2016)

Baca Juga Puisi Pilihan:

Pengembara Bersayap

Di lautan biru. Ingin rasanya aku terbang bagai Albatros
Pengembara bersayap; berkelana menuju horizon tak terbatas dengan sayap-sayapnya
Mencium aroma yang khas, ingatkan tentang keabadian—yang kupertanyakan

Tapi sudahlah! Biarlah angin menabrak raga; menghilangkan keraguan—jiwa
Meski bulu-bulu terbakar dalam kembara, tak apa, asal perjumpaan
Bertemu walau tak terpisah. Jadi, bolehkanlah kutatap Wajah itu

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Mungkin jejakku tak terbaca dari bumi—terlebih di langit
Namun, bagi pengembara yang lain kuharap dapat, walau sedikit
Begitu pula diri ini. Membaca tapak-tapak mereka—sebelum aku

April, 2017

Di Lautan yang Luas
: kau yang menyelami lautan jilbab

Nun; berkelana di lautan kalam, memandang pantulan wajah kedirian
di lautan jilbab kulihat pantulan bintang-bintang dari langit malam
melukis wajahmu yang bercadar juga kedua matamu yang berkilauan

Nun; ombak berbisik tentang namamu. Nama yang masih kueja
angin malam masih meniup layarku; membelainya bagai cumbu kekasih
awan yang tipis temani kapalku membelah hening lautan jilbab

Nun; bolehkah aku ikut menyelam meski diri ini telanjang
jebur! Kapalku terdiam; Ba’ Qalbuku berdegub kencang mencari wajahmu
Ba-qa. Oh kasih, di mana wajahmu, hanya kulihat wajah-Nya[!]

(2016)

Polanco S. Achri lahir di Yogyakarta 17 Juli 1998. Mahasiswa di jurusan Sastra Indonesia. Beberapa puisinya masuk dalam antologi bersama antara lain: Mukadimah 99 Jilid 1 (2016), Sayap-sayap Roh (2016), Memo Anti Terorisme (2016), Memo Anti Kekerasan Terhadap Anak (2016), AkusukA Syair Syiar 45 Penyair Nusantara (2016), Syair Syiar AkusukA Jilid 2 (2016), Kumpulan Puisi Kopi 1550 mdpl (2016). Buku puisi tunggalnya adalah Pendaki-pendaki Hujan (2016).

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 3,183