NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Keputusan cukup mengejutkan publik datang dari Partai Perindo pimpinan Hary Tanoesoedibjo. Partai baru itu akan menyatakan dukungannya kepada Joko Widodo untuk maju pada Pilpres 2019 mendatang. Rencananya, dukungan itu akan dibahas dalam Rapimnas Partai Perindo pada akhir tahun 2017.
Dikatakan mengejutkan karena selama ini Perindo dikenal sangat kritis terhadap penguasa. Perindo juga dikenal dekat dan mesra dengan parpol-parpol oposisi seperti Gerindra dan PKS. Bahkan, pada Pilgub DKI Jakarta beberapa waktu lalu Perindo mendukung pasangan Anies-Sandi yang akhirnya berhasil menumbangkan Ahok-Djarot.
“Untuk HT (Hary Tanoesoedibjo), rezim berhasil. Tetapi, tidak berarti sikap HT ini otomatis menaikkan elektabilitas Jokowi. Bisa jadi, justru menambah oposisi dari kelas menengah perkotaan,” kata Pengamat Politik Network for South East Asian Studies (NSEAS) Muchtar Effendi Harahap saat dihubungi nusantaranews, Jakarta, Kamis (3/7/2017).
Ia menilai, dukungan Partai Perindo kepada Jokowi bukan berarti jaminan eks walikota itu mendulang elektabilitas tinggi di masa-masa mendatang. Artinya, tidak ada efek yang signifikan dari dukungan Parindo terhadap elektabilitas Jokowi.
Malah, kata dia, dukungan Perindo berpotensi melahirkan oposisi dari kelas menengah perkotaan.
Sekadar catatan, sebelum munculnya isu Partai Perindo mendukung Jokowi, Chairman dan CEO MNC Group Hary Tanoesoedibjo diketahui tersandung kasus dugaan ancaman melalui pesan singkat kepada Subdirektorat Penyidik Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto.
Meski Hary Tanoesoedibjo membantah, nyatanya Bareskrim Polri menetapkannya sebagai tersangka atas kasus tersebut. Hary dilaporkan Yulianto pada awal tahun 2016 lalu. Setahun kemudian dikenakan Pasal 29 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi Transaksi Elektronik (ITE) mengenai ancaman melalui media elektronik.
Pewarta: Eriec Dieda
