Politik

Atasi Kemerosotan Elektabilitas Jokowi, NSEAS: Kriminalisasi Kaum Oposisi

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pengamat politik dari NSEAS, Muchtar Effendi Harahap mengatakan salah satu langkah rezim Jokowi atasi kemerosotan elektabilitasnya adalah dengan cara mengkriminalisasi kaum opisisi, termasuk upaya menjerat aktivis nasionalis yang kritis terhadap kebijakan pemerintahan Jokowi.

Menjelang berakhirnya masa kepemimpinan di kursi kepresidenan, Jokowi belakangan memang tampak melakukan maneuver-manuver politis kepada barisan oposisi dan aktivis kritis. Di antaranya Sri Bintang Pamungkas, Ratna Sarumpaet, Rachmawati Soekarnoputri, Ahmad Dhani, Eko, Adityawarman, Kivlan Zein, Firza Huzein, Jamran dan Rizal Kobar.

Setelah itu, tokoh-tokoh Islam seperti Muhammad Al-Khaththath, Zainuddin Arsyad, Irwansyah, Diko Nugraha dan Andry juga diseret kepolisian atas tuduhan yang sama. Tapi sayang, tuduhan yang dilontarkan tak mampu dibuktikan pihak kepolisian. Sehingga muncul kesan polisi asal tangkap dan asal tuduh. Nama Jokowi pun dipertaruhkan dari tindakan gegabah tersebut.

“Salah satu langkah Rezim Jokowi atasi kemerosotan elektabilitas Jokowi adalah kriminalisasi kaum oposisi,” kata Muchtar Effendi Harahap kepada Nusantaranews, Jakarta, Kamis (3/7/2017).

Baca Juga:  Wacanakan Hak Angket Kecurangan Pemilu 2024, Golkar Sebut Ganjar Kurang Legowo

Menurutnya, elektabilitas Jokowi memang tengah dipertaruhkan menjelang Pilpres 2019. Apalagi baru-baru ini Jokowi mengeluarkan kebijakan kontroversial yang menuai kritik tajam dan kecaman. Dua kebijakan itu ialah menerbitkan Perppu Ormas dan pembubaran HTI.

Tapi, di satu sisi Jokowi juga melakukan beberapa langkah untuk mendekati umat Islam. Boleh jadi Jokowi mulai sadar bahwa pemilih dari kalangan umat Islam sangat potensial dan besar. Muchtar Effendi Harahap juga memprediksi suara pemilih umat Islam kini hampir mencapai 40 persen.

“Upaya mendekati umat Islam ini sudah tepat dan rasional. Namun, upaya ini tidak efektif karena persepsi dan sikap negatif umat Islam tentang dirinya terus meningkat dan meluas,” tuturnya.

Lebih jauh, munculnya kelompok Islam politik juga berpotensi menjadi ancaman bagi Jokowi pada perhelatan pesta demokrasi 2019 mendatang.

Pewarta: Eriec Dieda

Related Posts

1 of 17