Mancanegara

Diduga Ini Penyebab Poster Anti-Cina Ramai di Australia

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Beberapa media internasional baru-baru ini ramai mewartakan tentang capaian Cina di sektor pengusaan ekonomi dibeberapa negara. Dilansir dari Reuters, pemerintah Sri Lanka secara resmi telah tanda tangani kesepakatan dengan BUMN Cina untuk menyerahkan Pelabuhan Hambantota dikelola Cina.

Dalam beritanya berjudul Sri Lanka signs Hambantota port deal with China, Al-Jazeera mengungkap, sebenarnya pembicaraan mengenai penjualan aset milik pemerintah Sri Lanka itu telah berlangsung lama. Tepatnya, sejak negara tersebut dinyatakan tidak mampu membayar hutang kepada Cina.

Berbeda dengan Sri Lanka, akhir Juli lalu, Presiden Zimbabwe Robert Mugabe dikutip dari Reuters menjelaskan saat ini negaranya tengah menetapkan kebijakan untuk menutup aktivitas pertambangan emas.

Isu lingkungan digunakan Robert Mugabe untuk menutup semua tambang emas yang dijalankan beberapa perusahaan. Termasuk perusahaan Cina-Run Anjin Investasi dilarang pula beraktivitas.

Selain isu izin lingkungan, ada yang menyebut bahwa kebijakan Presiden Zimbabwe itu sebagai usaha untuk mengambil alih semua operasi berlian di negaranya sendiri. Robert Mugabe merasa selama ini banyak perusahaan yang dengan sengaja menggarong kekayaan alam negerinya.

Baca Juga:  Apakah Orban Benar tentang Kegagalan UE yang Tiada Henti?

Ada yang menduga, dua kasus yang menimpa negara Sri Lanka dan Zimbabwe tampaknya menjadi kekhawatiran tersendiri bagi Australia. Seperti dikutip CNN, sejumlah Universitas di Australia baru-baru ini mendadak dihebohkan dengan bertebarannya poster anti Cina. Poster-poster ini terpampang di Universitas Monash dan Universitas Melbourne.

Salah satu tulisan dalam poster tersebut berisikan larangan masuk kampus bagi orang-orang beretnis China. Tulisan lainnya bahkan mengatakan setiap orang China yang masuk ke dalam gedung kampus akan dideportasi.

Kedua poster itu ditulis dengan huruf Mandarin lengkap dengan logo universitas. Kemunculan poster berbau rasisme ini terjadi seiring dengan meningkatnya jumlah mahasiswa China yang belajar ke Negeri Kanguru itu dan membuat sejumlah pihak khawatir.

Diberitakan New York Times, kelompok Antipodean Resistance, organisasi supremasi kulit putih pro-Nazi, mengaku bertanggung jawab atas poster-poster rasisme itu melalui akun Twitter-nya. Antipodean Resistance merupakan bagian dari kelompok Sosialis Nasionalis Australia yang mendukung gerakan White Australia.

Baca Juga:  Dewan Kerja Sama Teluk Dukung Penuh Kedaulatan Maroko atas Sahara

Organisasi tersebut menentang homoseksualitas dan nilai-nilai yang muncul akibat globalisasi. Di dalam situs resminya, kelompok ini kerap mengunggah seruan anti-China dan mengagung-agungkan Nazi. “Kami adalah para Hitler yang telah kalian tunggu,” bunyi jargon dalam situs resmi kelompok tersebut.

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 8