NUSANTARANEWS.CO – Metode pemasaran dengan menggunakan hipnosis kini mulai ramai diperbincangkan. Berbagai seminar dan pelatihan tentang hypnotic for marketing juga marak dijumpai. Beberapa buku juga banyak mengulasnya. Misal buku Buying Trances karya Joe Vitale yang diterbitkan pada tahun 2007.
Hypnotic for marketing sejatinya hanyalah salah satu pemanfaatan metode hipnosis modern di bidang pemasaran. Hal ini seperti halnya pemanfaatan ilmu hipnosis di bidang kesehatan atau yang sering disebut hypnotherapy.
Berawal dari pemahaman yang keliru mengenai ilmu hipnosis, hingga saat ini masih banyak masyarakat yang memperdebatkan tentang legalitas hypnotic for marketin. Bahkan ada juga perusahaan yang menolak menggunakan istilah hypnotic for marketing karena tidak ingin dianggap oleh masyarakat bahwa tenaga pemasarannya menggunakan ilmu hipnosis ketika bekerja.
Sebagaimana telah dipaparkan pada pembahasan sebelumnya bahwa hipnosis modern menggunakan metode-metode ilmiah, maka demikian juga teknik-teknik yang terdapat dalam hypnotic for marketing. Teknik yang digunakan dalam hypnotic for marketing adalah sebuah metode komunikasi yang menitikberarkan pada pikiran bawah sadar manusia, sehingga teknik ini sangatlah masuk akal dan dipahami secara logika.
Beberapa pihak masih beranggapan bahwa pemanfaatan hipnosis di bidang pemasaran tidaklah serta-mesrta dapat dikatakan sebagai cabang langsung dari ilmu hipnosis itu sendiri seperti stage hypnosis (hipnosis panggung) dan hypnoytherapy. Akan tetapi jika ditarik benang merah, baik ilmu hipnosis maupun ilmu marketing masih memiliki korelasi yang sangat kuat. Dengan kata lain, teknik-teknik hipnosis yang digunakan di bidang pemasaran akan sangat efektif dalam mempengaruhi dan merayu calon pembeli. Hal ini disebabkan karena teknik hipnosis dan ilmu marketing mengandalkan pola komunikasi efektif antar manusia.
Bidang pemasaran (marketing) dan bidang penjualan merupakan sesuatu yang tak terpisahkan, karena tujuan akhir dari pemasaran suatu produk misalnya adalah tercapainya omzet penjualan (selling) yang dinginkan. Di dunia ini, tidak ada profesi yang tidak melibatkan kegiatan pemasaran dan penjualan, meski terlihat seolah-olah tidak berhubungan langsung. Ketika seorang mahasiswa jurusan akuntansi yang baru lulus, kemudian ia melamar sebagai akuntan di sebuah perusahaan, pada dasarnya ia sedang “memasarkan” keahliannya di bidang akuntansi dengan harapan keahlian tersebut laku “dijual” pada perusahaan di mana ia melamar pekerjaan. (*)
Editor: Romandhon