NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Pakar Antropologi Maritim Dedi S Adhuri menilai penyebab persoalan kesejahteraan masyarakat pesisir terutama nelayan kecil, yang sampai sekarang dipandang memiliki masalah social seperti kemiskinan, pendidikan dan lainya, lantaran nelayan dipadang sebagai objek ketimbang subjek dari program pembangunan.
“Nelayan yang seharusnya dijadikan subjek, sampai sekarang masih dijadikan objek dalam program pembangunan. Padahal sumberdaya nelayan itu besar, hasil tangkapan merekapun banyak,” kata Dedi dalam diskusi bertajuk “Membangun Indonesia dari Pesisir” yang digelar oleh DPD KNTI Kota Semarang beberapa waktu lalu.
Dedi, yang kesehariannya aktif di LIPI mengatakan, kegiatan mencari ikan di laut itu besar bahayanya sedangkan kempauan kita terbatas. Tapi nelayan berani hadir disana, bahkan kehadiran nelayan di laut itu lebih banyak ketimbang TNI AL ataupun Polisi Air. Kapal nelayan lebih banyak ketimbang armada kapal TNI AL, kehadiran nelayan dilaut bisa dijadikan mata aparat dalam menjaga keamanan laut.
“Potensi masyrakat pesisir itu besar, misalnya lewat masyarakat adat atau kearifan local masyarakat pesisir kita bisa menjadikannya sebagai penjagaan terhadap ekosistem pesisir,” jelasnya.
Misalnya, kata Dedi mencontohkan, di Aceh kita mengenal Panglima Laut, di dalam peraturanya ada muatan keadilan yang bahkan di peraturan modern tidak ada. Dan banyak sekali daerah-daerah pesisir yang memiliki kearifan local.
“Kita harus menciptakan naratif soal nelayan yang berbeda, nelayan dan masyarakat pesisir harus di jadikan subjek dalam setiap program atau kebijakan,” tuturnya.
Selain kegiatan perikanan tangkap, lanjut Dedi, sektor budidaya perikanan bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir. Namun yang harus ditekankan adalah masyarakat harus dilibatkan dalam perumusan program.
“Selain ditempatkan sebagai subjek, nelayan harus berkelompok agar memiliki bargaining yang baik. Misalnya dengan membuat koperasi atau kelompok bersama, gali potensi yang ada dimasyarakat pesisir,” jelas Dedi.
Sementara itu, Ketua KNTI Kota Semarang, Slamet Ary Nugroho menyampaikan bahwa, saat ini KNTI di Semarang sedang menyatukan nelayan dengan menghadirkan koperasi di Kampung Tambak Lorok.
“Kampung Tambak Lorok merupakan perkampungan nelayan terbesar di Kota Semarang, nelayanya banyak namun sekarang ini mereka masih berkelompok-kelompok kecil,” kata Ary.
“Harapanya dengan hadirnya koperasi dapat menyatukan kelompok-kelompok kecil tersebut agar persatuan nelayan terbentuk dan kesejahteraan nelayan membaik,” imbuhnya.
Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.