Terbaru

Nyawa Santoso Isyarat Bagi Polri dan BNPT Lebih Gigih Berantas Terorisme

POLRI - BNPT mesti Tanggulangi Aksi Terorisme/Ilustrasi Nusantaranews
POLRI – BNPT mesti Tanggulangi Aksi Terorisme/Ilustrasi Nusantaranews

NUSANTARANEWS.CO – Ketua Presidium Indonesian Police Watch Neta S Pane sebut tewasnya gembong teroris Santoso adalah hadiah TNI untuk Kapolri baru Jenderal Tito Karnavian. Sebab, Santoso tewas dalam operasi yang dilakukan TNI, tepatnya dalam baku tembak antara kelompok sipil bersenjata dengan Tim 29 Bravo, 515 Raider Kostrad dalam Satuan Tugas (Satgas) Tinombala.

Meski demikian, Neta melihat dengan terbunuhnya Santoso menunjukkan adanya soliditas antara TNI dan Polri dalam melakukan kerjasama di Operasi Tinombala.

Terbunuhnya Santoso, kata Neta, juga tidak seharusnya tidak menjadi euforia berlebihan sehingga lupa dengan tugas yang menghadang lainya. Saat ini, Polri masih harus bekerja keras melumpuhkan teroris yang tak kalah berbahayanya dengan kelompok pimpinan Santoso.

(Baca: Pemberantasan Terorisme Dilarang Saling Klaim)

“Ada dua tokoh yang berbahaya, yakni Ali Kolara yang berpotensi menggantikan posisi Santoso di Poso dan Arief Maroef tokoh yang menyembunyikan Noordin M Top, yang sekarang sudah bebas dan berada di Jogja. Keduanya perlu diwaspadai Polri,” terangya, Rabu (20/7).

Baca Juga:  Menang Pilgub, Cagub Luluk Janjikan Kesejahteraan Guru TK dan PAUD

Lebih jauh Neta mengatakan, saat ini yang dikhawatirkan adalah adanya serangan balasan dari antek-antek dan jaringan Santoso. Di Poso sendiri Santoso sudah melakukan kaderisasi. Salah satunya, Ali Kolara tersebut. “Kelompok Santoso sendiri merupakan satu dari 9 kelompok radikal yang masih tumbuh subur di Indonesia dan sangat berpotensi melahirkan para teroris,” Neta menjelaskan.

(Baca juga: Kelompok Santoso Belum Habis)

Selain itu, ada kelompok Solo yang masih terlihat sangat agresif, setidaknya ini terlihat dalam aksi bom bunuh diri di Mapolresta Solo akhir Ramadhan lalu. Potensi teroris ini makin mengkhawatirkan tatkala beredar kabar masuknya dana setara Rp20 miliar dari Suriah ke Yogyakarta yang diduga untuk kelompok teroris.

“Artinya Kapolri baru, Tito Karnavian maupun kepala BNPT yang baru Komjen Suhardi Alius masih harus melakukan kerja keras untuk menekan aksi-aksi terorisme di Indonesia,” tandasnya.

Oleh sebab itu, banyak pihak berharap terhadap kerja keras aparat keamanan baik itu Polri, BNPT, maupun TNI untuk bahu membahu memberantas dan menekan aksi-aksi terorisme di Idonesia.  Harapan ini setidaknya disampaikan oleh Anggota Komisi III Aboe Bakar Al Habsyi, Wakil Ketua Komisi I DPR Ahmad Hanafi Rais, dan anggota DPR lainnya. (Achmad/Red-02)

Related Posts

1 of 3