NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Mantan Komisioner Komnas HAM, Natalius Pigai menyebut dirinya berdiri di kubu Prabowo Subianto pada Pilres 2019. Dia diketahui memang kerap mengkritik sejumlah kebijakan Pemerintahan Jokowi-JK selama kurun waktu 4 tahun terakhir, bahkan dengan kritikan sangat tajam.
“Hari ini saya berdiri di garis Prabowo bukan untuk melindungi bahkan membenarkan dan menyetujui apa kehendak dan kemauan yang bertentangan dengan prinsip universal yaitu demokrasi, hak asasi manusia, perdamaian dan keadilan, tetapi sebagai seorang aktivis Indonesia yang ingin merubah untuk membangun mosaik Indonesia yang berbasis HAM; nilai demokrasi, nilai-nilai kemanusiaan dan perdamaian dan keadilan. Suatu nilai-nilai artifisial yang diabaikan oleh Pemerintah Joko Widodo 2014-2019,” kata Pigai, Jakarta, Minggu (27/1/2019).
“Hari ini kita akan memilih pemimpin bukan hanya sekedar memilih orang yang terlihat baik tetapi juga orang yang bisa. Orang terlihat baik cukup menjadi penasehat, tetapi menjadi pemimpin itu adalah orang yang bisa yaitu bisa memimpin negara besar ini,” sambung pria kelahiran Paniai, Papua ini.
Baca juga: Aktivis HAM Natalius Pigai Mendukung Prabowo-Sandi?
Baca juga: Debat Perdana, Natalius Pigai: Pengetahuan Jokowi Belum Kelasnya Kepala Negara
Baca juga: Natalius Pigai: Saya akan Membuat Malu Jokowi di Papua
Baca juga: Natalius Pigai: Di Paniai 6 Ribu Pengangguran dari 100 Ribu Penduduk
Dia memandang, perjuangan Prabowo Subianto dalam kesunyian tanpa mencari penghargaan dan citra seakan-akan pahlawan pembawa berkah.
“Itulah Prabowo Subianto. Di balik banyak cerita yang terdengar di telinga, sebuah kisah yang tidak pernah digembar-gemborkan di media nasional, sebagaimana dilakukan oleh petinggi negeri ini yang seakan-akan, sekonyong-konyong dan tiba-tiba menjadi pahlawan kesiangan bagi rakyat Papua,” terangnya.
Sementara, lanjut dia, kejahatan Jokowi selama 4 tahun tidak kurang dari 6 ribu rakyat Papua ditangkap, dianiaya, dibunuh dan disiksa. Banyak orang mati kelaparan meskipun hidup di atas kekayaan yang melimpah.
“Operasi Militer di Papua di Hari Raya Kelahiran Tuhan Yesus Kristus, Pendeta seorang Hamba Tuhan dibunuh. Politik Jokowi adalah politik pendudukan yang menghancurkan akar budaya, nilai, tatanan sosial dan ancaman kepunahan,” sebutnya.
Jika Prabowo terpilih, Pigai berkeyakinan mantan Danjen Kopassus itu tidak akan melakukan apa yang telah diperbuat pemerintahan Jokowi-JK selama 4 tahun terakhir. Khususnya bagi rakyat Papua.
“Prabowo sudah menyadari dan mempelajari berbagai macam buku tentang Doktrin Hukum Humaniter dan Hukum Perang,” ucapnya.
(eda/bya)
Editor: Almeiji Santoso