Hankam

Meski Akses Internet Diblokir, Kasus West Papua Trennya Tetap Tinggi

Meski Akses Internet Diblokir, Kasus West Papua Trennya Tetap Tinggi (Foto by Ismail)
Meski Akses Internet Diblokir, Kasus West Papua Trennya Tetap Tinggi (Foto by Ismail)

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Drone Emprit dan juga Analisis Big Data dan Sosial Media dari Drone Emprit, Ismail Fahmi mengatakan percakapan tentang West Papua (Papua Barat) tetap tinggi di media sosial, sekalipun akses internet dibatasi oleh pemerintah.

“Tren percakapan dari 1-26 Agustus tentang West Papua cenderung naik dan lebih tinggi dari hari-hari biasa, sejak adanya aksi demo, hingga sekarang. Meski ada pemblokiran akses internet, trennya tetap tinggi,” kata Ismail Fahi dalam diskusi online yang digelar LP3ES, Rabu (28/8).

Siapa saja mereka yang intens memperbincangankan isu Papua Barat? Ismail mengungkapan, dari peta social network tampak yang meramaikan percakapan ini adalah akun-akun yang selama ini memperjuangkan pembebasan Papua.

“Seperti VeronicaKoman, FreeWestPapua, PurePapua dll. Ada juga beberapa aktivis yang tidak memperjuangkan pembebasan, tetapi membantu agar koneksi internet dibuka lagi, seperti Damar Juniarto,” jelasnya.

Meski Akses Internet Diblokir, Kasus West Papua Trennya Tetap Tinggi (Foto by Ismail)
Top share video West Papua di Media Sosial.  (Foto by Ismail)

Dirinya menyebut, media yang paling berpengaruh dalam jaringan percakapan mereka adalah ajenglish. Akun-akun ini lanjut dia, ternyata kebanyakan berasal dari Indonesia. Seperti Jakarta, Bandung dan Jogja.

Baca Juga:  Hut Ke 78, TNI AU Gelar Baksos dan Donor Darah

“Namun banyak juga dari Jerman, Aussie, UK, US, NZ dan Sg,” kata Ismail.

Hal ini memperlihatkan adanya audiens dari percakapan yang sifatnya internasional. Dan mereka yang turut memanfaatkan isu ini juga tersebar di berbagai negara tersebut.

“Tagar (#) yang mereka perjuangkan secara umum adalah Freewestpapua, Letwestpapuavote, Westpapuagenocide memperlihatkan agenda yang mereka usung untuk didengar oleh dunia internasional, yaitu cenderung membela pembebasan Papua,” ujarnya.

Bagaimana narasinya? Menurut Ismail, narasi yang dibahas dalam periode tersebut adalah tentang illegal occupation of indonesia,
Indonesia blocks internet access,
demo menentang rasisme,
isu rasisme di Malang, Surabaya, Semarang yang membakar semangat demo di Papua Barat
dan banyak gambar dan video tentang demo di berbagai tempat di Papua, Sorong, Manokwari, Jayapura, dll.

“Ternyata blokir internet tidak menghentikan mereka menyebarkan foto dan video ke media sosial dan audiens internasional,” tandasnya.

Pewarta: Romadhon

Related Posts

1 of 3,050