Budaya / SeniEsai

Merayakan Literasi di Desa

Anak-anak sangat butuh membaca buku. (Foto: Everyday Feminism)
Anak-anak sangat butuh membaca buku. (Foto: Everyday Feminism)

Oleh Yanwi Mudrikah[1]

Seminggu yang lalu saya memesan buku “The Revenant” karya Michael Punke di toko buku Kaji Wasroh. Sabtu kemarin, saya mengunjungi toko tersebut untuk mengambil pesanan saya dan sekaligus membaca beberapa judul-judul buku yang ada di rak toko. Menit ke menit, detik ke detik akhirnya saya dan owner book store berbincang-bincang mengenai ‘literasi di desa’. Kurang lebih 2 (dua) jam, obrolan kami ternyata semakin serius.

“Tahun 2008-2010 saya fokus dengan kawan se-ide (Mahbub[2], Santo[3]) terjun langsung ke sekolah-sekolah merayakan literasi se-kecamatan Ajibarang dan Jatilawang” ungkapnya secara detail. Kami door to door, seperti halnya bisnis Multi Level Marketing (MLM) tanpa bayaran, tanpa undangan. Kami menenteng peralatan untuk nobar (film), buku-buku bacaan dan lembaran tulisan-tulisan yang lusuh.

“Saya memulai mengenalkan bacaan tentang novel Dunia Sophie untuk anak-anak sekolah” ungkap Doni. Dan kami pun tak berharap honor dari sekolah atau pun keseriusan dari sekolah untuk memformalkan kegiatan gila kami. Permintaan kami hanya satu, diterima untuk diskusi mingguan di sekolah tersebut tanpa aturan-aturan yang ribet dari sekolah. Alias, sekolah terima beres.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Kegiatan kami alhamdulillah diterima baik oleh sekolah-sekolah di kecamatan Ajibarang dan Jatilawang. Malahan tidak sedikit siswa yang memang punya kegemaran yang sama dengan para pegiat sastra (Doni[4], Santo, dan Mahbub). Sehingga, mulailah mereka untuk rutin dan semangat membaca-menulis. Dari perjalanan itu, lahirlah komunitas luar (k)otak sampai sekarang. Dan merekalah yang saat ini mengusung program ‘literasi di desa’ yang sering diadakan rutin di warung kopi Kebon Wasiyat, Pandansari-Ajibarang.

Kegiatan literasi di desa, lebih tepatnya di warung kopi Kebon Wasiyat yaitu meliputi diskusi baik individu atau pun kelompok. Yang mana, mereka melibatkan para pegiat seni yang lain. Terutama dari lingkungan masayarakat setempat dan ada juga masyarakat di luar desa kami. Karena kami mempublikasikan informasi melalui media sosial (facebook, Instagram dan blog).

Akhirnya, ada beberapa kawan (dari luar) desa bahkan luar kota yang memang ingin gabung diskusi literasi di warung Kebon Wasiyat. Pendiri Komunitas Luar (k)otak—Doni mengatakan bahwa kegelisahannya dalam hal literasi di desa ini menjadikan saya dan kawan-kawan bergerak, bergerak, bergerak tanpa batas. Ide-ide gila yang kami lakukan selama ini entah berefek baik atau kurang baik kami tak peduli. Yang terpenting adalah kami bisa melakukan hal kecil yang menurut keyakinan kami baik dan bermanfaat untuk kemanusiaan.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

Harapan dari hati kecil saya adalah bagaimana masyarakat yang notabene tinggal di desa atau domisili di desa bisa dijembatani untuk bisa konsisten dalam berkarya (menulis). Sehingga, lahirlah penulis-penulis dari desa.

Baca Juga:

[1] Pegiat seni Banyumas, sekarang tinggal di Darmakradenan, Ajibarang. Mendirikan Komunitas sastra Gubug Kecil Indonesia. Aktivitas kesehariannya hunting sesuatu untuk dijadikan bahan tulisan di media online maupun offline. Dosen freelance ini amat menyukai traveling, sebab dengan traveling dia sekaligus belajar apa saja yang ada di sekelilingnya. Baginya, menimba ilmu bisa dimana pun dan kapan pun serta dengan siapa pun.

[2] Pegiat seni Banyumas, sekarang tinggal di desa Curugawu, Pandansari-Ajibarang. Mendirikan warung Kopi Kebon Wasiyat sebagai ruang dimana dia dan kawan-kawan yang se-ide bisa ndopok budaya.

[3] Pegiat seni Banyumas, amat antusias melahap buku-buku sosiologi dan budaya. Dia mengabdikan dirinya di Kementerian Sosial (PKH) dan hunting ilmu di Suara Merdeka.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

[4] Pegiat seni Banyumas, Mendirikan komunitas luar (k)otak bersama kawan-kawan se-ide. Sekarang tinggal di Pandansari, Ajibarang. Dan berkecipung di dunia buku.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected]

Related Posts

1 of 3,140