NUSANTARANEWS.CO, Semarang – Dalam rangka menumbuhkembangkan dan meningkatkan kulitas literasi di Jawa Tengah, Lembaga Pendidikan (LP) Ma’arif PWNU Jawa Tengah melaunching logo Gerakan Literasi Ma’arif (GLM) pada Minggu (6/10) lalu. Launching logo itu dihadiri pengurus dan sejumlah guru, dosen, di kantor LP Ma’arif PWNU Jateng di sela-sela sidang pleno kurikulum Aswaja Annahdliyah.
Dalam kesempatan itu, Ketua LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah R. Andi Irawan mengatakan bahwa literasi merupakan program prioritas LP Ma’arif PWNU Jawa Tengah periode ini. “Komitmen ini berangkat dari keprihatinan terhadap krisis dan rendahnya tingkat literasi pendidikan nasional, termasuk di antaranya madrasah dan sekolah Ma’arif baik di kalangan guru maupun peserta didik. Karena itu, LP Ma’arif meluncurkan Gerakan Literasi Ma’arif atau GLM,” katanya.
Tujuan GLM, menurut Andi tidak sekadar untuk diterapkan di sekolah atau madrasah. “Namun juga untuk mendorong usaha meningkatkan literasi melalui penerbitan Jurnal Ilmiah Ahlussunnah Waljamaah (ASNA), membuat penerbitan Asna Pustaka yang fokus menerbitkan buku-buku karya guru-guru Ma’arif, penguatan website Ma’arif, pelatihan dan kelas menulis, gerakan mendirikan perpustakaan, dan lainnya,” ujarnya.
Dengan program ini, katanya, kami berharap literasi di madrasah dan sekolah Maarif bisa meningkat dan lebih memajukan kualitas pendidikan nasional. “Sebab, suatu peradaban bisa diukur dari seberapa besar dan majunya literasi suatu bangsa,” katanya.
Sementara itu, Pengurus Bidang Diklat dan Litbang LP Ma’arif PWNU Jateng, Hamidulloh Ibda, menegaskan bahwa hadirnya GLM ini berawal dari rumus kemajuan bangsa yang sudah disepakati di WEF, yaitu kompetensi, karakter, dan literasi. “Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sejak 2016 juga menggagas Gerakan Literasi Nasional (GLN) yang menjadi bagian dari implementasi Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 23 Tahun 2015 tentang Penumbuhan Budi Pekerti. GLN ini nanti muncul literasi sekolah, keluarga, dan masyarakat,” kata penulis buku Media Literasi Sekolah tersebut.
Sedangkan LP Ma’arif, kata dia, karena menaungi sekolah dan madrasah, maka tidak cocok jika gerakan literasi madrasah atau gerakan literasi sekolah. “Yang cocok adalah Gerakan Literasi Ma’arif yang mendorong peningkatan penulisan karya jurnalistik, karya tulis ilmiah, dan karya sastra,” lanjut peraih Juara I Lomba Artikel Tingkat Nasional Kemdikbud 2018 itu.
Wujud riilnya, selain yang sudah dijelaskan di atas, program GLM ini terbagi atas beberapa program. Pertama, penguatan literasi ilmiah. Wujudnya berupa penerbit Asna Pustaka, Jurnal ASNA (Jurnal Kependidikan dan Keislaman) yang sudah OJS dan versi cetak.
Penguatan ini juga diimbangi dengan Lomba Karya Tulis Ilmiah dari empat unsur, yaitu pelajar,mahasiswa, guru/dosen, dan umum. “Kami sudah membuka LKTI ini sejak 27 Juni 2019 dan akan berakhir pada 30 November 2019. Silakan cek di website Ma’arifnujateng.or.id atau bisa ketika saja LKTI Ma’arif NU Jateng di Google,” tandas penulis buku Konsep dan Aplikasi Literasi Baru tersebut.
Kedua, GLM diperkuat dengan Modul dan Panduan GLM yang nanti menjadi acuan sekolah dan madrasah Ma’arif untuk menguatkan literasi di satuan pendidikannya masing-masing. Ketiga, program perlombaan yang kontinu pada aspek penulisan karya karya jurnalistik, tulis tulis ilmiah, dan karya sastra.
“Kita punya Jurnal ASNA, penerbit ASNA Pustaka, Majalah Mopdik, website Ma’arif, juga program pelatihan, penerbitan, dan percetakan. Di tahun 2019 ini kita fokus penataan internal, dan 2020 kita siap turun ke cabang-cabang untuk menguatkan tiga elemen di atas, yaitu karya jurnalsitik, karya tulis ilmiah, dan karya sastra,” papar penulis buku Sing Penting NUlis Terus tersebut.
Dengan dirillisnya logo GLM itu, menurut dia tidak sekadar logo, melainkan menjadi identitas dan simbolisasi. “Ini penanda bahwa Ma’arif itu bisa loh berliterasi. Maka, logonya ya bermakna siswa-siswi dengan identitas membaca, dengan pilihan batik Ma’arif untuk siswa, dan identik warna hijau yaitu kesuburan,” jelas dosen STAINU Temanggung itu.
Logo ini, menurut dia, akan menjadi branding literasi di sekolah dan madrasah Ma’arif se Jateng. “Akan kita buat stiker, kaos, dan kita siapkan modul dan panduannya. Yang paling penting, sudah saatnya semua pelajar, guru, tenaga kependidikan, kepala sekolah dan madrasah serta pengurus Ma’arif itu literat,” jelas dia. (irf/fan)
Editor: Eriec Dieda