NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Film jadul alias jaman dulu “Bintang Ketjil” karya sutradara Wim Umboh dan Misbach Jusa Biran direstorasi oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) melalui Pusat Pengembangan Perfilman (Pusbangfilm).
Buah restorasi film yang dirilis tahun 1963 itu diputar untuk pertama kali di CGV FX Sudirman, Jakarta (21/12/2018) lalu dengan mengundang berbagai unsur di bidang perfilman serta media.
“Restorasi dan penyelamatan film merupakan salah satu kewajiban pemerintah untuk melindungi aset seni dan budaya,” kata Maman Wijaya selaku Kepala Pusbangfilm, dilansir dari laman Kemendikbud, Senin (24/12/2018).
Selain itu, lanjut Maman, Pusbangfilm memiliki empat kewajiban lain dari undang-undang tentang perfiliman, selain yang pertama, yaitu penyelamatan perfilman, yang diwujudkan dalam bentuk restorasi, ada pemanfaatan, yaitu pemutaran film untuk masyarakat.
“Ketiga adalah pembinaan terhadap perfilman, dan yang keempat adalah pengembangan terhadap perfilman,” ujarnya.
Menurut Maman, melakukan penyelamatan dan restorasi arsip film merupakan sebuah kegiatan yang baru untuk Pusbangfilm.
“Pentingnya kegiatan penyelamatan dan restorasi asset seni budaya bangsa, tanggung jawab kepada bangsa, dan pemenuhan hak akses masyarakat atas arsip film nasional, maka Pusbangfilm akan terus secara konsisten melakukan penyelamaran dan restorasi film nasiobal Indonesia,” jelasnya.
Sementara itu, Kepala Bidang Apresiasi dan Tenaga Perfilman Pusbangfilm M. Sanggupri mengatakan, kendala utama yang dihadapi selama proses restorasi film ini adalah masalah teknis. Hal ini dikarenakan kondisi film yang sudah rusak dimakan usia dan tidak ditemukannya kopi negatif film.
“Ini menyebabkan proses perbaikan fisik membutuhkan waktu yang cukup lama dari yang diperkirakan,” katanya.
Dikatakan Sanggupri, film Bintang Ketjil dipilih oleh para kurator Film Restorasi 2018 karena berhasil memotret relevansi kondisi sosial masyarakat Indonesia pada masa itu dan saat ini. Film ini juga memiliki nilai pendidikan sejarah yang tinggi, khususnya bagi warga Ibu Kota Jakarta yang dapat menyaksikan kondisi Kota Jakarta pada masa itu. Dengan kondisi fisik seluloid film juga dinilai sudah berada pada kondisi yang memprihatinkan, sehingga Bintang Ketjil dianggap perlu untuk direstorasi.
“Melalui film ini, kita juga bisa melihat penampilan band legendaris Indonesia, Koes bersaudara yang memberikan nilai sejarah seni yang tinggi serta menjadi daya tarik tersendiri para penonton masa kini,” tandasnya.
Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.