Puisi

Lelaki Boleh Menangis

Puisi Abdul Wachid B.S.
Lelaki Boleh Menangis

lelaki boleh menangis
hidup yang pangkal dan ujungnya
bergantung kepada cakrawala
kau aku tahu itu

tetapi cakrawala di manakah, kekasih
selagi harihari tersisih
antara perih dan pesona
kau aku memilih tenggelam arus sungai sabda

mungkinkah kau aku akan sampai cakrawala
dari sungai yang gemuruh
antara cinta dan pengetahuan
kau aku sering marah oleh ketidaktahuan

tetapi semua hari pasti akan menepi
aku bukan menjanjikan janji
tetapi keyakinan menjadi langkah
kau aku berjalan tanpa pongah

semalaman kabar dari langit
rejeki tidaklah wingit
cakrawala tidak melulu di langit
tetapi bagaimana mempertemukan rumit

antara cakrawala di langit
dan cakrawala di dalam hati kau aku
aku memilih bergantung
kau tidak akan kugantung

betapapun sulit hidup bertiarap pada nasib
tetapi kupandang jalan ke depan kian berliku
bila tanpa adamu tersebab cakrawala itu
mengandung semua wajahmu

lelaki boleh menangis di hadapanmu

Yogyakarta, 6 Juli 2014

Abdul Wachid B.S.lahir 7 Oktober 1966 di Bluluk, Lamongan, Jawa Timur. Achid alumnus Sastra Indonesia Pascasarjana UGM (Magister Humaniora), jadi dosen-negeri di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Purwokerto, dan sekarang sedang studi Program Doktor Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Negeri Sebelas Maret Solo.

Buku-buku karya Achid : (1) Buku puisi, Rumah Cahaya(1995). (2) Buku esai, Sastra Melawan Slogan (2000). (3) Buku kajian sastra, Religiositas Alam : dari Surealisme ke Spiritualisme D. Zawawi Imron (2002). (4) Buku puisi, Ijinkan Aku Mencintaimu (2002). (5) Buku puisi, Tunjammu Kekasih (2003). (6) Buku puisi, Beribu Rindu Kekasihku (2004). (7) Buku kajian sastra, Membaca Makna dari Chairil Anwar ke A. Mustofa Bisri (2005). (8) Buku esai, Sastra Pencerahan (2005). (9) Buku kajian sastra dan tasawuf, Gandrung Cinta (2008). (10) Buku kajian sastra, Analisis Struktural Semiotik: Puisi Surealistis Religius D. Zawawi Imron(2009). (11) Buku puisi, Yang (2011). (12) Buku puisi, Kepayang (2012). (13) Buku puisi, Hyang (2014).

Related Posts

1 of 127