Budaya / SeniKhazanah

Kisah Teladan Penulis Jenius Yang Tabah dalam Kemelaratan

Charles Dickens Muda. (FOTO: The Boston Globe)
Charles Dickens Muda. (FOTO: The Boston Globe)

NUSANTARANEWS.CO, Sastra Inggris – Charles Dickens adalah anak seorang pegawai tata usaha kecil di kantor kas angkatan laut, John Dickens. Sosok John Dickens mirip sekali dengan tokoh ciptaan Dickens dalam “David Copperfield”, yakni Mr. Micawber. Cerita dalam buku yang diterbitkan pada November 1850 ini, Dickens mengisahkan petualangan seorang pemuda yang melewati masa kecil tak bahagia dan miskin. Sebuah kisah yang samar-samar menampakkan perjalanan hidup Dickens masa muda.

Dickens sempat menghabiskan masa kanak-kanak yang menyenangkan di Chatham, Kent, rekreasi pemandangan ini pun sedikit terurai dalam beberapa novelnya. Saat Dickens berusia 10 tahun, tepatnya tahun 1822, sang ayah dialihkan ke 16 Bayham Street, Camden Town di London seiring hutangnya semakin menimbun hingga memaksa keluarga untuk menjual alat-alat rumah tangga untuk membayar sebagian cicilan hutangnya.

Hal tersebut berlangsur hingga ayahnya menggadaikan rumah, yang akhirnya dipenjara karena tidak mampu melunasi hutang-hutangnya. Ketika umurnya 12 tahun, Charles Dickens bekerja di sebuah gudang untuk menempelkan label pada botol. Hal itu berlangsung hingga enam minggu. Pengalaman pahir ini sungguh menurunkan derajatnya sebagai pemuda. Dickens pun sempat menulis bahwa tidak ada kata-kata yang mampu mengekspresikan rahasia penderitaannya itu.

Baca Juga:  LANAL Nunukan Berhasil Lepaskan Jaring Yang Melilit KM Kandhega Nusantara 6

Bagaimana tidak, masa muda yang seharusnya menjadi masa perkembangan pembelajaran bagi Dickens itu hancur. Hal ini ditunjukkan dalam Novel David Copperfield, ketika David harus bekerja di gudang botol anggur. Ayahnya dibebaskan dari penjara, namun ibunya masih mengharapkan Dickens melanjutkan pekerjaannya itu.

Kendati pahit, ia tak menyerah. Daya hidupnya justru meningkat. Dua tahun setelah masa kelam itu, ia masuk sekolah Akademi Wellington. Setelah ia berumur lima belas tahun, pada Mei tahun 1827, ia mendapatkan posisi di firma hukum Ellis and Blackmore berkat koneksi ibunya, yang memaksanya berhenti sekolah. Dalam pekerjaan itu, ia belajar sendiri hingga dapat melaporkan diskusi. Pada waktu yang sama, dia belajar tentang hidup di London dan ia sering menghadiri teater, bahkan mengambil pelajaran acting dalam jangka pendek.

Kemudian, pada November 1828, ia pindah ke firma hukum Charles Molley, masih dengan posisi yang sama namun hanya bertahan selama lima bulan, karena merasa hukum bukan karier yang cocok untuknya. Pekerjaan berikut adalah petugas steno pengadilan, pada tahun 1829. Sebelumnya, ia harus lebih dahulu mempelajari sistem Gurney untuk menulis cepat, yang dikuasainya dengan mudah berkat ingatan kuatnya.

Baca Juga:  Bupati Nunukan Apresiasi Digelarnya Festifal Budaya Banjar

Selama masa ini, sesungguhnya ia berkesempatan menjadi seorang aktor. Dia bahkan hendak mengikuti audisi untuk Lyceum Theater, namun ia jatuh sakit. Di usia 18 tahun, Dickens kerap tampil membacakan karya-karya William Shakespeare, History of England oleh Goldsmith, juga Short Account of The Roman Senate karya Berger.

Sepanjang karir menulis yang membanggakan, Dickens juga dikenal sebagai sosok yang aktif melakukan perkerjaan sosial. Maka tak heran, bila karya Dickens mendapatkan popularitas dan ketenaran yang belum pernah terjadi sebelumnya. Dimana pada abad ke dua puluh kesusasterateraan Dickens sepenuhnya diakui oleh para kritikus dan pelajar.

Babak kehidupan Charles Dickens yang kelam dan memalukan waktu kecil menjadi api pembacar daya hidupnya untuk terus berkarya. Alhasil semasa hidup, Dickens telah melahirkan banyak karya yang mengangkat namanya sebagai salah satu sastrawan terkemuka dunia.

Sejumlah karya utama Dickens: The Pickwick Papers (1836), Oliver Twist (1837–1839), Nicholas Nickleby (1838–1839), The Old Curiosity Shop (1840–1841), Barnaby Rudge (1841), Buku-buku tentang Natal: A Christmas Carol (1843), The Chimes (1844), The Cricket on the Hearth (1845), The Battle of Life (1846), Martin Chuzzlewit (1843-1844), Dombey and Son (1846–1848), David Copperfield (1849–1850), Bleak House (1852–1853), Hard Times (1854), Little Dorrit (1855–1857), A Tale of Two Cities (1859), Great Expectations (1860–1861), Our Mutual Friend (1864–1865), The Mystery of Edwin Drood (belum selesai) (1870). Sedangkan karya-karya lainnya ialah Sketches by Boz (1836), American Notes (1842), dan A Child’s History of England (1851–1853).

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

Charles Dickens juga produktif menulis Cerita Pendek, seperti “A Christmas Tree”, “A Message from the Sea”, “Doctor Marigold”, “George Silverman’s Explanation”, “Going into Society”,  “Holiday Romance”,  “Hunted Down”, “Mrs. Lirriper’s Legacy”, “Mrs. Lirriper’s Lodgings”, “Mugby Junction”, “Perils of Certain English Prisoners”, “Somebody’s Luggage”, “Sunday Under Three Heads”, “The Child’s Story”, “The Haunted House”, “The Haunted Man and the Ghost’s Bargain”, “The Holly-Tree”, “The Lamplighter”, “The Seven Poor Travellers”,  “The Trial for Murder”,  “Tom Tiddler’s Ground”, “What Christmas Is As We Grow Older”, dan “Wreck of the Golden Mary”. (NN/ Judul Terdahulu: Potret Kemelaratan Hidup Penulis Hebat yang Tabah).

Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,148