Budaya / SeniResensi

Kisah-Kisah Pendek Kemuliaan Ramadan

Ramadan Undercover. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)
Ramadan Undercover. (FOTO: NUSANTARANEWS.CO)

Judul Buku : Ramadan Undercover

Penulis :

Akademi Menulis 5 Menara

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama

Cetakan  : I, Juli 2014

Tebal : ix + 198 Halaman

ISBN : 978-602-03-0604-9

Peresensi: M Ivan Aulia Rokhman*

 

Bulan Ramadhan menjadi rangkaian sebulan dalam berpuasa untuk melawan lapar dan dahaga dari terbitlah fajar sampai terbenamnya matahari. Inilah sebuah cobaan yang dinilai amal jariyah terhadap allah sebagai merebut kebaikan kita yang ditempui selama ini. Di situ banyak keceriaan yang amat dalam terhadap sebuah ibadah melalui shalat dan zakat. Memperbanyaklah ibadah sebagai cobaan yang ada sampai maghrib datang.

Buku ini berisi sembilan belas cerita pendek yang diwarnai dengan Ramadhan yang dirasakan dan seimbang sesuai dengan porsi penulis tentu menghasilkan pengalaman begitu bereksotis dan membawa berkah. Cerita ini ditulis dengan sudut pandang unik dan kritis. Dari suka duka berburu tiket mudik, fenomena belanja baju baru, berbagi bersama anak yatim piatu, kisah penutupan lokalisasi, hingga cerita tentang seorang pemburu setan dituliskan. Inilah yang menjadi rangkaian cerpen begitu bergairah dan membawa semangat bagi pembaca. Bahasa dalam cerpen ini santai, dan renyah dibaca, sehingga layak ditelaah dan dimaknai sendiri. tujuan dari buku ini adalah mengisi momentum berharga di bulan Ramadhan akan memberikan edukasi serta pembelajaran yang berharga bagi penulis dan pembaca sesuai tuntutan nabi dan rasul.

Baca Juga:  Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi UMKM, Pemkab Sumenep Gelar Bazar Takjil Ramadan 2024

Kondisi bus cukup sesak pagi itu. Mau tidak mau kami harus rela bergelantungan di dalam bus yang meski sudah ber-AC namun tetap saja kami kepanasan di dalamnya. Kondektur bus berteriak-teriak galak menyuruh penumpang bergeser ke tengah agar penumpang yang mau masuk masih bis masu. Susah payah aku masuk terlebih dahulu… (Hal 2).

Cerpen Pejuang Pencari Tiket berisi perjalanan ke sebuah tempat untuk membeli tiket dengan sepenggal antrian yang sekian panjang. Tak heran naik transportasi merasa tak betah dengan suasana panas atau dingin yang menderap di dalamnya. Apalagi penumpang yang berpuasa juga menahan hawa nafsu bisa mengendalikan kesabaran demi sebuah kebaikan. Sebenarnya tujuan untuk mengisi mudik heboh dengan pulang kampung bersama keluarga yang tercinta sambil meriahkan malam takbir penuh pesona. Ia perlu mengukuhkan kekuatan kita demi mendapatkan tiket yang dipegang serta diberangkatkan sesuai waktu perjalanan.

Saat di mana seorang anak yang masih polos bertanya pada ayahnya tentu makna puasa. Sebuah pertanyaan sederhana soal hakikat puasa. Hal ini memang seringkali menohok kota. Kita, para umat muslim di Indonesia seringkali lupa pada hakikat, lupa pada arti, lupa pada tujuan, dan lupa makna sehingga seringkali sesuatu yang kita kerjakan terasa sia-sia belaka. Banyak pula dari kita yang rajin beribadah tapi tak pernah paham hakikat ibadah. Ibadah yang kita kerjakan adlaah sekadar penggugur kewajiban. Suatu hal yang masih menjadi PR besar bagi diriku pribadi (hal 75).

Baca Juga:  Tradisi Resik Makam: Masyarakat Sumenep Jaga Kebersihan dan Hikmah Spiritual Menyambut Ramadan

Cerita ini berpedoman tentang puasa dan ibadah. Seandainya manusia bisa mengontrol ibadah kita yang telah diraih tetapi hasilnya masih menuai pernyataan. Sia-sia ibadah makin gugur dan dilalaikan sebagian hal. Tidak sepenuhnya kewajiban ibadah di Ramadhan hanya sebatas ujian saja tetapi menorehkan jawaban yang belum dijalankan disesuaikan dengan diri sendiri dan tiada satu pun yang dilalaikan selain mengemukakan ibadah dan shalat. Maka dari itu logika terus digunakan serta jangan salah paham atas ajaran Allah yang telah disampaikan dalam penceramah agama.

Jadi cerpen yang telah diartikan satu persatu tersebut mempunyai perjalanan sehari yang dilaksanakan pada bulan Ramadhan penuh kemuliaan. Perlu diingat seusai Ramadhan semata-mata mendiami masjid untuk melengkapkan ibadah dan ditorehkan melalui sebuah kesunyian yang mengarungi lailatul qodar hingga mengumandangkan takbir di hari fitri. Oleh karena itu memperbanyak puasa dan menuntaskan zakat, supaya bisa meningkatkan keimanan kepada Allah sebelum menoreh pada idul fitri.

Baca Juga:  G-Production X Kece Entertainment Mengajak Anda ke Dunia "Curhat Bernada: Kenangan Abadi"

 

*M Ivan Aulia Rokhman, Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Dr Soetomo Surabaya. Lahir di Jember, 21 April 1996. Lelaki berkebutuhan khusus ini meraih anugerah “Resensi / Kritik Karya Terpuji” pada Pena Awards FLP Sedunia. Saat ini menjabat di Devisi Kaderisasi FLP Surabaya dan Anggota UKKI Unitomo.

Related Posts

1 of 3,053