Puisi Ika Sardy Saliha
KIDUNG PENANTIAN
MENDUNG siang ini seperti muntahkan duka yang lama tersimpan
taman jiwa pun tampak letih, bosan mengunyah kerikil berbatu
kelopak dahan anyelir meringkuk dalam gigil embus dingin angin
Di balik batu berlumut hijau, sepasang katak berdendang merdu
sedang sendu gerimis terus menggoyang kecipak air dalam kolam
kalimat-kalimat hujan kian deras, ungkap untaian syair lagu kerinduan
Rupanya sepasang kekasih tak pernah lahir dari romantisnya hujan.
sedang senja tampak mulai tua kian merenggut dahan-dahan muda
walau nada menggema, tak kuasa singkap kelambu kidung penantian
Mega Mendung KP, 26 Juli 2016
KIDUNG TEDUH
MUNGKIN aku telah keliru menyimak lagu dari jendela hatimu
sebagai nada indah merayu bak pesona bulan merah jambu
sedang kutahu sang perkasa malam lebih memeluk cantik rembulan
Mungkin aku telah lalai mengeja sunyi dari pintu jiwamu
sebagai tongkat keyakinan yang bersurat tanpa satu pun isyarat
walau kusadar panas matahari laun rapuhkan urat sayap rindu
Mungkin aku telah salah maknai aksara dari bait puisimu
sebagai kidung teduh saat kita duduk bersama menyeka peluh
dan kumengerti kini tembang teduh mustahil untuk kita sentuh
Yogyakarta, 10 April 2016
Ika Zardy Saliha: Lahir di Magelang, 27 April 1971. Kegiatan utamanya ibu rumah tangga dan mengajar bahasa Arab sejak 2003 di MTs-N Donomulyo, Kulon Progo, Yogyakarta. Saat ini menjabat Ketua Lembaga Kebudayaan PDA Kulon Progo. Karya-karyanya antara lain: Lentera Penjara Suci, The Most Expensive Dowry, Kidung Penantian, dan lain-lain.
__________________________________
Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].