NUSANTARANEWS.CO, Malang – Pembangunan kekuatan TNI AD merupakan salah satu dasar konsep pertahanan berbais kemampuan, kekuatan dan gelar satuan atau biasa disebut Based Defence Capabilities.
Di dalam konsep itu lebih mengutamakan kemampuan dalam melaksanakan tugas pokok guna menegakkan kedaulatan, keutuhan dan menyelamatkan negara maupun bangsa.
Baca juga: Menhan Ungkap Pentignya Pengembangan Postur TNI Masa Depan
Hal itu diungkapkan oleh Staf Ahli KSAD, Brigjen TNI Wisnu PB ketika berkunjung ke Makorem 083/Baladhika Jaya, Rabu (7/11/2018).
Brigjen Wisnu menjelaskan, pembangunan kekuatan tersebut nantinya bakal berimbas positif bagi tercapainya kekuatan pokok Minimum Essential Force (MEF).
“Salah satu cara guna tercapainya MEF ialah dengan cara menitikberatkan pembangunan dan modernisasi alat utama sistem pertahanan (Alutsista), beserta teknologinya,” kata Brigjen Wisnu.
Baca juga: Analis Pertahanan Sambut Gembira Janji Pemerintah Naikkan Anggaran Alutsista Menjadi Rp 75 Triliun
“Itu merupakan salah satu cara yang sangat efektif dalam menghadapi ancaman aktual di beberapa flash point. Di antaranya, permasalahan perbatasan wilayah negara, terorisme, separatisme, pengelolaan pulau terluar, hingga keinginan negara lain dalam penguasaan sumber energi negara (Indonesia),” tambah staf Ahli Jenderal TNI Mulyono ini.
Dalam hal itu, kata Brigjen Wisnu, TNI AD diharuskan untuk meningkatkan kemampuan, terlebih dalam peningkatan alutsista di setiap Satuan TNI AD. Memperhatikan kondisi alutsista di lingkup TNI AD saat ini, menurutnya, masih memerlukan sentuhan kecanggihan teknologi modern.
Baca juga: Alutsista Terbaru, Bantuan Tempur TNI AD Pamerkan Kekuatan Meriam 155 MM
Hal tersebut, tambah mantan Gubernur Akmil tahun 2016 lalu ini, mampu dalam rangka mendukung perkembangan alutsista yang modern guna menjaga keutuhan, hingga mempertahankan sumber energi negara dari ancaman negara lain.
“Itu dalam rangka memodernisasikan, dan gelar satuan dengan pembentukan satuan baru, khususnya di wilayah perbatasan darat, dengan negara tetangga maupun daerah rawan konflik,” jelasnya.
Pewarta: M Yahya Suprabana
Editor: Almeiji Santoso