Kekasih
Kekasih,
Cukup lama kiranya rindu ini tak terbayar
hingga aku harus berlayar
meninggalkan logika dan kenyataan
Kekasih,
Aku cemburu ketika orang lain menatapmu
melalui mataku
dan menggodamu dengan nakal
Kekasih,
Ingin kuulangi petualangan menjelang tengah malam
bersamamu seperti dulu.
2019
Rindu
Rindu ini bukan ampas
tapi ia lahir dan membekas
Rindu ini bukan ilusi
tapi rasa bahagia dan sakitnya yang pasti.
Rindu ini bukan tentang jarak
tapi rasa yang enggan jinak.
2019
Al Haram
Begitu rindu jasad ini untuk berjumpa
Menikmati hembusan padang pasir suci nan mulia
Terbang bersama burung besi membelah cakrawala dengan hati bangga
Al haram
Sungguh mulia orang yang kau panggil untuk mendekat
Melebur diri dengan suasana labbaikallah
Mengusir penggoda dengan lempar jumroh
Al haram
Semoga saja aku tak lancang merinduimu.
Tulislah kembali
segala amsal ataupun muasal
agar rindu ini kekal.
Ini tak ubahnya puisi
Yang abadi berkat secangkir kopi.
2019
Pesanku untukmu
; FM, IA, dan Denz Zee
Bersabarlah,
Malam memang teramat dingin menyayat hati
Terlebih bila tiba-tiba ada daun berguguran
Di tengah angin lunglai.
Tegarlah dengan penuh hati
Takdir terkadang sulit untuk dimengerti
Pabila yang tersayat belati adalah hati.
Bersimpuhlah dengan rendah hati
Di tengah sujud yang tak kunjung terkabul
Sebab hati selalu mengepul.
Istirahlah dalam mimpi
Bawalah anganmu yang ke sana ke mari
Menuju harapan yang lebih pasti.
Bila semua telah usai kau lakukan
Ingatlah aku yang berpesan.
2019
Bila
Bila aku mengukur syukur agar terukur
Apakah aku mendikte Mu?
Setelah setiap nafas yang tak terbatas
Bila aku mengkalkulasi bahagia dan terluka agar semua rata
Apakah aku termasuk yang pelupa?
Ataukah menganggap Engkau terlalu tega
Bila aku ingin mencuci mataku yang kotor
Bagaimanakah caranya?
2019
Mungkin Ini
Adalah kutukan semesta
Pabila asih tak lagi berkasih
Dialah yang mampu berdalih
Adalah amanah semesta
Pabila dalih berubah kasih
Dialah asih yang pengasih
2019
27
Pada cahaya yang menyimpan panas
Aku terbunuh dan lemas
Pada pahit yang bersembunyi dibalik pekat
Aku temukan obat pada jiwa sekarat
Ihwal ke 27
Di malam yang sahdu dan teduh
2019
K Muhammad Zammiel el-Muttaqin
Engkau tak sungguh pergi
Selama elegi ampas kopi
Masih kami baca setiap hari
Engkau tak sungguh mati
Bila bengkel puisi
Masih terus disinggahi
2019
Malam ini
Malam ini aku hanya berdua bersama kopi;
Kopi yang mengalami musim dinging
Dengan gigil melekat pada cangkir
Sebab bekas bibirmu tak lagi hadir.
2019
Kau
Kau bertamu ke dalam mimpiku
Membawa secangkir kopi berampaskan rindu
Yang kau seduh dengan air matamu
Lalu, kau ragu menyuguhkannya padaku
Lantaran tubuhku menggigil
Menatap senyummu yang ganjil.
2019
Riwayat penulis: Dimas AN, santri Annuqayah Lubangsa berproses di bilik sastra Annuqayah 14 (BISA). Dapat ditemui di [email protected]