NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Berdasarkan sudut pandang intelijen, keberadaan Naval Medical Research (NAMRU) Amerika Serikat di Indonesia menurut perwakilan dari Badan Intelijen Strategis (BAIS) Sony S. disebut sebagai aktivitas kejahatan.
“Yang pertama dari kacamata intelijen, NAMRU itu jahat. Jahat sekali. Karena apa? Dari pendeteksian kami, itu semua berkedok,” ungkap Sony saat menghadiri seminar terbatas bertajuk Strategi Mencegah Dibukannya Kembali NAMRU-2 Amerika Serikat di Indonesia yang diadakan oleh Global Future Institute (GFI) yang bekerjasama dengan Nusantaranews.co di kawasan Kebayoran Baru, Kamis, 30 Agustus 2018.
Saat ini lanjut Sony, tinggal bagaimana negara menyikapinya. Karena apa? Sebab, berbicara intelijen pasti berbicara ancaman. Rumusnya, kata Sony, ancaman itu intensif.
Jika dilakukan sebuah pemetaan atau maping, dari situ sudah terlihat. Dari mana hasil mapingya? Sony menjelaskan dari intelijen strategis yaitu komponen IPTEK. “Ketika berbicara global berarti berbicara nasional. Dan dampak dari intelijen ini ndak bisa dilihat sekarang. 30 tahun lagi,” kata dia.
Baca Juga:
NAMRU-2 Adalah Gerakan Intelijen Asing Berkedok Laboratorium Kesehatan
Serangan Bioterorisme Cina Ancam Petani di Indonesia
Untuk itu lanjut Sony, langkah yang mendesak untuk segera dilakukan adalah melakukan pendeteksian sejak dini. Langkah tersebut sebagai upaya prefentif untuk menyelamatkan generasi bangsa dari ancaman serangan bioterorism.
“Kalau dak sekarang kita deteksi, nanti kasihan anak cucu kita. Banyak penyakit penyakit aneh timbul di Indonesia,” ungkapnya.
“Jujur saja, kami berkoordinasi dengan karantina tumbuhan banyak turis turis asing itu sebetulnya adalah intelijen semua. Tapi kita tidak tahu. Memang dia turis. Kita juga bekerjasama dengan imigrasi pengawasan orang asing. Entah itu kedoknya sebagai teknisi lah, entah itu kedoknya sebagai periset, tapi sebetulnya kalau kita dalami kegiatan mereka adalah riset untuk intelijen,” jelasnya.
Sony melanjutkan, sekarang tinggall bagaimana kita mendeteksi dalam rangka mencegah ancaman yang dihadapkan pada hibryd dan bioterrorism itu. Yang ia takutkan lagi, danau danau di Indonesia ini di suntik dengan zat zat berbahaya, maka bisa dibayangkan, semua orang di Indonesia bisa mati semua.
“Tidak bisa sekarang tapi 10 tahun, 20 tahun baru akan kelihatan. Jadi itu tadi bener, dikatakan permainan ekonomi, permainan pasar. Kan banyak buah buahan yang mengandung virus,” terang dia.
Baca Juga:
Boleh Jadi AFIRMS Sebagai Kelanjutan Proyek NAMRU-2, Indonesia Patut Waspada
Keberadaan AFRIMS Sebagai NAMRU-2 Gaya Baru?
Pemerintah dan masyarakat Indonesia harus terus melakukan kewaspadaan dihadapkan pada ancaman yang akan berkembang ke depan. Bukan lagi ancaman militer tapi nir militer.
“Kita tidak tahu apa yang terjadi. Semua dibungkus dengan politik, dengan ekonomi, atau kerjasama militer mungkin. Hati hati kerjasama militer, mereka memang latihan, tapi mereka sebenarnya juga observasi. Contoh saja pak, apakah orang yang tidur sama monyet di Kalimantan semua itu peneliti? Saya berikan klu saja. Apakah apakah pilot pilot di Papua itu adalah pilot pilot beneran? Apakah teknisi teknisi Freeport itu beneran? Apakah guru bahasa Inggris di Indonesia itu guru bahasa Inggris beneran? Mari kita bersama sama bergandengan bekerjasama mendeteksi. Sebab langkah awal adalah mendeteksi,” tegasnya.
Editor: Romadhon