EkonomiFeatured

Serangan Bioterorisme Cina Ancam Petani di Indonesia

NUSANTARANEWS.CO – Para petani di Indonesia tengah menghadapi ancaman besar berupa terorisme biologi atau yang dikenal dengan istilah bioterorisme.

Bioterorisme merupakan upaya teror dengan penggunaan bakteri jahat, virus, atau racun terhadap manusia, hewan, atau tanaman dalam upaya untuk menyebabkan kerusakan dan menciptakan rasa takut. Bioterorisme menggunakan produk mikroba atau mikroba.

Temuan serangan bioterorisme kiriman Cina ke Indonesia makin nyata, menyusul dengan berhasil diamankannya 16 kilogram benih padi dari tiga orang pria asal Cina di Bandar Udara Soekarno Hatta pada 28 Oktober 2017. Benih-benih padi ini diamankan karena hendak dibawa masuk ke wilayah Indonesia tanpa melalui prosedur.

Namun setelah dilakukan uji laboratorium oleh Balai Besar Karantina Pertanian (BBKP) Bandara Soekarno-Hatta, sebanya 16 kilogram benih padi ilegal asal Tiongkok itu fix mengandung virus bakteri berbahaya. Benih-benih tersebut ditemukan di dalam koper yang dikemas di dalam kaleng.

Bakteri yang terkandung dalam benih padi ini dinilai membahayakan bagi pertanian Indonesia seperti Dickeya Chrysanthemi. Para pelaku sengaja memasukkan benih padi tersebut ke dalam koper yang sudah dikemas dalam enam kaleng, untuk mengelabui petugas agar dalam penampakan pada X-ray menjadi tidak jelas.

Baca Juga:  Dukung Peningkatan Ekonomi UMKM, PWRI Sumenep Bagi-Bagi Voucher Takjil kepada Masyarakat

Baca Juga:
Benih Padi Asal Cina Rawan Lumpuhkan Ekonomi Indonesia
BBKP Musnahkan Bibit Sayuran Berbahaya Yang Ditanam Warga Cina di Bogor

Badan Karantina Pertanian (BKP) menjelaskan bahwa, benih padi tersebut berpotensi membawa penyakit baru. Penyakit itu dipicu organisme dari golongan cendawan, bakteri, ataupun virus. Di antaranya adalah Dickeya chrysanthemi, Pseudomonas syringae pv syiringae, Barley Stripe Mosaic virus. Selain itu, ada tercatat lebih dari 10 organisme lainnya yang belum ada di Indonesia.

Serangan bioterorisme dari Cina ini bukanlah kali pertama, sebelumnya pada Desember 2016 lalu serangan serupa yang dilakukan oleh WNA Cina yang melakukan aktifitas pertanian di kawasan perbukitan terpencil di Bogor.

Bahkan Kepala Pusat Karantina Tumbuhan dan Keamanan Hayati Nabati (PKTKHN), Antarjo Dikin (8/12/2016) menuding jika Kantor Imigrasi kecolongan dengan membiarkan WNA Cina melakukan cocok tanam secara illegal dan membawa bibit cabai serta benih sayur-sayuran berbakteri berbahaya.

Bagaimana tidak kecolongan, pasalnya para WNA Tiongkok ini dengan leluasa berhasil melakukan cocok tanam di daerah perbukitan (+ 500 mdpl) di Desa Sukadamai, Kecamatan Sukamakmur, Kabupaten Bogor.

Baca Juga:  Pemkab Nunukan Gelar Konsultasi Publik Penyusunan Ranwal RKPD Kabupaten Nunukan 2025

Bibit cabai dan syuran yang ditanam mengandung bakteri erwinia chrysantemi. Sejenis organisme yang mampu merusak berbagai jenis tanaman. Dengan terciduknya serangan bioterorisme WNA Cina ini mengindikasikan bahwa sektor ketahanan pangan nasional tengah berada dalam ancaman nyata.

Kasus penemuan benih padi dan bibit cabai serta sayur-sayuran yang mengandung bakteri kiriman Cina ini mesti menjadi perhatian serius. Sebab, aktifitas illegal dan membahayakan seperti kasus WNA Cina di Bogor 2016 silam bisa jadi menimpa beberapa kawasan Indonesia lainnya yang luput dari pengamatan. (*)

Editor: Romandhon

Related Posts

1 of 3