NUSANTARANEWS.CO – Presiden Prancis Emmanuel Macron menyerukan pada Selasa (6/11) agar Eropa memiliki kekuatan militer secara mandiri sebagai upaya untuk mempertahankan diri terhadap Rusia dan Cina bahkan Amerika Serikat (AS). Macron juga mengatakan pentingnya mengurangi ketergantungan militer gabungan Uni Eropa (UE) pada kekuatan militer AS.
Macron sendiri telah mempelopori pembentukan pasukan Eropa dengan melibatkan sembilan negara yang independen dari NATO. Sejauh ini, pasukan tersebut dapat digerakkan dengan cepat guna menjalankan operasi militer gabungan, mengevakuasi warga sipil dari zona perang, atau memberikan bantuan bencana alam.
Menurut beberapa sumber Finlandia kemungkinan akan menjadi negara kesepuluh yang terlibat dalam pasukan Eropa tersebut.
Macron memang menekankan pentingnya membangun pertahanan Eropa yang lebih terkoordinasi dan benar-benar supranasional yang menjangkau benua itu – meski ide tersebut sangat sensitif di antara negara-negara Eropa yang ingin tetap mempertahankan kedaulatan mereka.
Namun Presiden Prancis tersebut dengan tegas mengatakan bahwa Eropa perlu menjadi “kekuatan yang berdaulat, bersatu dan demokratis.”
Baca:
- Menunggu Kebangkitan Uni Eropa.
- Kanselir Jerman Angela Merkel Mendukung Prancis Menciptakan kekuatan Militer Uni Eropa.
- Macron-Merkel Sepakat Mereformasi Eropa.
Di hadapan puluhan pemimpin dunia dalam acara Arc de Triomphe pada hari Minggu (11/11) sebagai peringatan 1 Abad berakhirnya Perang Dunia I, Macron membuat pernyataan yang mengejutkan dalam pidatonya, dengan mengatakan: “Patriotisme adalah kebalikan dari nasionalisme.”
Bahkan di depan Presiden Trump yang duduk di depan dan sejumlah pemimpin dunia lainnya, Macron menegaskan: “Nasionalisme adalah pengkhianatan terhadap patriotisme.
Dalam wawancara dengan CNN, Macron mengatakan bahwa dia ingin melihat mitra Eropa mengembangkan kemampuan militer yang otonom mereka sendiri serta membeli perangkat militer buatan Eropa. Macron setuju peningkatan anggaran pertahanan, apa yang tidak ingin dilihatnya adalah negara-negara Eropa membeli senjata dari AS, lalu sebagian berasal dari industri sendiri. “Saya pikir jika kami meningkatkan anggaran kami (pertahanan), itu harus membangun otonomi kami sehingga dapat menjadi kekuatan berdaulat yang sesungguhnya.”
Memang dukungan kuat Macron terhadap “pasukan UE” hampir tidak dimiliki oleh semua pemimpin Eropa. Gagasan ini dipandang sebagai inkarnasi terakhir bagi pertahanan dan keamanan Eropa – tujuan bagi beberapa pemimpin tetapi terlalu jauh bagi banyak orang yang masih memandang militer dan pertahanan sebagai tanggung jawab nasional yang berdaulat.
Baca:
- Militerisasi Kawasan Eropa Utara dan Pergeseran Non-Aliansi Negara Skandinavia
- Norwegia Ingin 700 Marinir AS Dikerahkan Lebih Dekat Ke Perbatasan Rusia
Lebih jauh Macron mengatakan bahwa dia percaya akan pentingnya identitas nasional tetapi dia memandang nasionalisme dan populisme sebagai ideologi politik yang berbahaya. Seperti halnya jargon Donald Trump: America First dalam pidato pengukuhannya dan dalam kampanye kongres sela AS baru-baru ini, di mana Trump dengan bangga menyatakan dirinya sebagai “nasionalis.”
Sebaliknya, Macron mengatakan bahwa dirinya adalah seorang “patriot” kepada CNN. “Saya percaya pada fakta bahwa orang-orang Prancis sangat berbeda dengan orang Jerman. Saya bukan orang yang percaya dalam globalisme tanpa diferensiasi apa pun … itu membuat orang-orang menjadi sangat gugup. Tetapi saya bukan seorang nasionalis.”
Saya membela rakyat saya. Saya membela negara saya. Saya percaya bahwa kami memiliki identitas yang kuat. Tetapi saya sangat percaya dengan kerja sama antara orang-orang yang berbeda, dan saya sangat percaya bahwa kerjasama ini baik untuk semua orang – di mana kaum nasionalis terkadang lebih didasarkan pada pendekatan sepihak.
Macron juga memandang perlunya memperkuat posisi euro sebagai mata uang referensi global – bukan sebagai tantangan terhadap dolar AS tetapi sebagai alternatif untuk tujuan stabilitas
Tidak mengherankan bila Presiden Perancis tersebut menyerukan solidaritas yang lebih erat di antara negara-negara UE, termasuk Hongaria dan Polandia, di tengah meningkatnya politik populisme sayap kanan belakangan ini. Menurut Macron yang dibutuhkan Eropa saat ini adalah membangun kapasitasnya sendiri dan otonominya untuk melindungi diri sendiri.
Hal ini sangat penting kata Macron. “Jika Anda ingin membangun sebuah Eropa yang sebenarnya, jika Anda ingin memperkuat homogenitas dan kekuatan Eropa, Anda harus menyampaikan pesan itu kepada orang-orang di Hongaria, di Polandia, di Finlandia dan di tempat yang sangat berbeda. Tempat, bahwa pada hari mereka memiliki masalah, pada hari mereka diserang, Eropa adalah satu-satunya untuk melindungi mereka, dan bukan kekuatan lain.”
Baca juga: NATO Telah Mengubah Eropa Menjadi Medan Perang Melawan Rusia
Sementara juru bicara Komisi Eropa Margaritis Schinas mengatakan bahwa UE mendukung “identitas pertahanan yang lebih bermakna dan tegas” tetapi kerjasama ini harus dimulai dengan perencanaan bersama.
Para pemimpin UE sendiri telah berjanji di Brussels pada hari Kamis untuk mengintensifkan upaya memperkuat kerja sama militer guna mengurangi ketergantungannya pada AS, di tengah meningkatnya keterlibatan AS yang terus berlanjut dalam keamanan transatlantik.
UE sendiri telah meningkatkan anggaran pertahanannya mulai tahun 2021, menjadi sekitar € 13 miliar untuk meneliti dan mengembangkan peralatan baru. Di bawah inisiatif PESCO, 25 negara UE juga telah mengoordinasikan pembelanjaan pertahanan mereka termasuk kemungkinan operasi militer mereka. (Agus Setiawan)