Politik

Ini Tanggapan Wakil Ketua MPR Soal Politik Indentitas

Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid/Foto: Dok. Humas MPR
Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid/Foto: Dok. Humas MPR

NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid menilai, politik menggunakan pendekatan Suku, Agama, Ras dan Antargolongan (SARA) atau politik identitas tidak bertentangan dengan dasar negara Indonesia sepanjang tidak menghadirkan perpecahan.

Pernyataan Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) itu tanggapan atas pernyataan dari Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yushoyono (SBY) yang menyebut bahwa politik identitas menguat sejak Pilkada DKI Jakarta 2017 lalu.

Baca Juga:

Menurut Hidayat, politik SARA adalah sesuatu yang tidak bertentangan baik itu dengan Pancasila maupun UUD 1945. Asal, kata dia, dalam penggunaan politik SARA tersebut tidak menghadirkan konflik dan perpecahan antar sesama anak bangsa.

“Indonesia itu kan kita sepakat, Ketuhanan Yang Maha Esa, sila pertamanya. Kalau kita mempergunakan pendekatan (politik) ada unsur SARA-nya apa bertentangan (dengan Pancasila)?. Yang dipentingkan adalah jangan sampai SARA itu dipakai untuk menghadirkan konflik,” ungkapnya di Senayan, Jakarta, Senin (12/11/2018).

Baca Juga:  Salam Dua Jari, Pengasuh Ponpes Sidogiri Bersama Khofifah Dukung Prabowo-Gibran

Ia mengatakan, penggunaan SARA dalam berpolitik bisa menjadi santun jika mengenalkan tentang SARA dari sisi positifnya. “Kalau dengan pendekatan bahwa SARA itu artinya adalah positif, menegaskan tentang Bhineka Tunggal Ika-an kita, tentang kita adalah manusia yang berketuhanan yang maha esa, dengan cara itu sesungguhnya berpolitik itu bisa menjadi santun,” ujarnya.

Oleh karena itu, Hidayat pun mengimbau, jangan menilai politik SARA atau identitas hanya dari sisi negatifnya. Hidayat menyebutkan, agama misalnya. Seharusnya, menurut Hidayat, agama menjadi pijakan dalam setiap langkah berpolitik, agar dunia politik bisa bersih dari hal-hal yang menakutkan, kebohongan, ingkar janji dan konflik.

“Janganlah kemudian kalau orang berbicara dengan agama kemudian artinya adalah SARA dalam tanda negatif,” katanya.

Hidayat menambahkan, politik seharusnya menjadi sebuah alat untuk saling berlomba tanpa mempermasalahkan perbedaan yang ada demi menjadikan bangsa Indonesia lebih kuat lagi.

“Kita berlomba dalam konteks bagaimana menjadikan sekali lagi, suku, agama, ras kita itu justru faktor yang menguatkan ke-Indonesia-an kita, mengokohkan Bhineka Tunggal Ika kita, melakukan Pancasila kita,” ungkap HIdayat.

Baca Juga:  Rawan Kecolongan Suara, AMIN Siap Kentongan Jadi Senjata

Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.

Related Posts

1 of 3,164