Kalau Bulan Agustus
kalau bulan agustus pasti ada upacara
anak-anak berbaris
merah putih berkibar
matamu bertemu mataku
aku pura-pura melihat ke arah yang lain
hari ke tujuh belas di bulan agustus
kita bebas dari pelajaran
hari ke tujuh belas di bulan agustus
kita bebas dari pekerjaan
hari ke tujuh belas di bulan agustus
kita bebas memandang siapapun di pemancingan
setiap agustus
selalu ada lomba
setiap agustus
orang-orang mencari arti kata merdeka
setiap agustus
bunga lotus
dan kaktus juga ikut upacara
Pagi Ini
riuh suara anak ayam mengais tanah
bayi tetangga sebelah menangis
kendaraan lewat
ibu-ibu mengantri beli bubur
ibu memotong bawang
ayah mandi
adik membesut ban sepeda motor
tak ada yang istimewa dari pagi ini
sama seperti pagi-pagi lainnya
pagi saat aku membuka mata
tak ada kamu di sana
Bibit Puisi
ada sesuatu yang menghunjam minggu pagiku
saat bocah laki-laki itu berkomentar tentang
secarik kertas putih yang terdiri dari kata-kata
yang menempel pada bibit tanaman
kata-katanya mengena untuk anak seusianya
ada sesuatu yang dalam tatkala bocah itu
membacakan apa yang tertera di sana
di antara khalayak yang ramai lagi permai
ucapannya dalam sedalam impiannya
yang belum sempat kutanyakan
Boneka Tali
ada yang lucu dari gerak tanganmu
saat boneka kecil lagi mungil itu
berjalan seperti manusia
menghibur dan tertawa
sesiapa yang mau mendekatinya
ada yang lucu
meski kau tak pernah menyampaikan
materi lawakan
kau hanya cukup bergerak memutar
waktu, musik, dan gelak tawa
sehingga menimbulkan irama
yang membahak pemirsa
Negeri Ini
kota ini seindah apa yang ada diasa
taman yang ramah segala usia
agenda sastra yang tak memandang kasta
jalanan yang sempurna
mulai dari roda dua, tiga
dan lima, ada semua
menyatu di protokol jalan slamet riyadi
setiap mata yang memandang rasanya
seperti gedung-gedung menjulang
yang hampir menyentuh langit
seperti harapan yang sebentar lagi
menemukan titik terangnya
tapi ternyata segalanya belum apa-apa
tanpa prasangka yang lebih parah
kota ini pun memiliki cacatnya
sebuah kota yang metropolitan
tapi juga di dalamnya terdapat polutan
pelacur yang menjajakan diri
usai senja berpulang
mereka dan tentara yang hidup berdampingan
tanpa pernah ada keributan
realitanya kebaikan hampir selalu ada
; maksudnya
dan negeri ini bukan tragedi
atas kebaikan yang dipalsukan
negeri ini juga bukan tragedi
atas keindahan yang dipoles
bukan, bukan
Penulis: Nuraz Aji, nama pena dari Shoimatun Nur Azizah. Lahir di Klaten, 11 Februari 1996. Puisinya dimuat di beberapa media online dan offline. MAJ, buku kumpulan puisi tunggalnya yang terbit tahun 2015. Mengikuti pertemuan penyair Dari Negeri Poci 6 di Tegal, Jateng pada 28-30 November 2015. Tinggal di Pengkol RT.25/RW.09, Kaligawe, Pedan 57468, Klaten. Facebook Nuraz Aji.