Politik

Jokowi Tanam Bibit Konflik

Presiden Joko Widodo/Foto Nusantaranews via kompas
Presiden Joko Widodo/Foto Nusantaranews via kompas

NUSANTARANEWS.CO – Presiden Joko Widodo berhasil melaksanakan peromabakan kabinet jilid II dengan senyap dan tenang tanpa huru-hara. Namun, kesenyapan tersebut bukan berarti tanpa diiringi daya kritis rakyat Indonesia. Keputusan Jokowi merombak kabinet melahirkan banyak pertanyaan, penilaian, kecuragaan dan semacamnya.

Sebagian sebuat reshuffle jilid II sebagai salah satu cara membangkitkan sistem pemerintahan a la Orde Baru, sebagian lagi menyakatan pemerintah condong menjadi kaum neolib. Tidak hanya itu, tindakan Jokowi tersebut dianggap sebagai tindakan yang tidak konsisten dan hanya untuk bagi-bagi jabatan.

(Baca: Pengamat: Reshuffle Kabinet Hanya Bagi-bagi Jabatan Ala Jokowi)

Pengacara Eggy Sudjana menyoroti pergantian sejumlah anggota kabinet pada reshuffle jilid II yang dilakukan Presiden Jokowi, Rabu (27/7) lalu. Menurutnya, perombakan kabinet kali ini sama saja menumbuhkan bibit-bibit konflik baru.

“Misalnya, memasukkan Sri Mulyani apa maksudnya, apa mau menghantam SBY, kedua memasukkan Wiranto, apa menunjukkan pindah haluan, ke Amerika nggak lagi sama China?,” demikian disampaikan Eggy, di Jakarta, Senin (1/8).

Baca Juga:  Ngayomi, Direksi dan Karyawan Sekar Laut Kompak Dukung Cagub Khofifah

(Baca: Agenda Besar Reinkarnasi Kabinet Kerja)

Eggy tidak tahu, apakah Jokowi sadar atau tidak membiarkan bibit konflik yang dahsyat ini. Terlebih, pencopotan Rizal Ramli sebagai representasi keinginan rakyat.

Namun, Rizal dicopot dan digantikan Luhut Binsar Pandjaitan. Ini justru semakin memperuncing konflik.

(Baca juga: Reshuffle Jilid II, Nawacita Rasa Neoliberal)

“Jokowi sama saja memutus harapan rakyat, itu juga menjadi bagian yang sesungguhnya menciptakan teori konflik. Bahkan, konflik horizontal, masyarakat dengan masyarakat,” tandasnya. (Achmad)

Baca lainnya: Reshuffle Kabinet Jilid II, Jokowi Tidak Konsisten!

Related Posts

1 of 30