Budaya / SeniPuisi

Jelajah Kata, Debu tak Diam Setelah Terbang

Puisi Muhammad Daffa

DEBU TAK DIAM SETELAH TERBANG

“Sebab aku debu, maka tugasku hanya terbang setiap angin dan matahari membuatku melayang di udara yang mencintai kekosongan.”
Tapi kau tak bisa diam, dan selalu mencari celah-celah paling lapang
Untuk sekadar bermalam atau menelusuri arah lain

“Setelah hari memutuskan lenyap bersama temaram musim di suatu kelak; aku akan tetap debu. Apapun namaku.”

2017

JELAJAH KATA

Kata-kata tak bisa tidur dalam temaram kamar karena ia bersitahan atas imaji penyair
Penyair yang tidur belumlah tentu tidur karena matanya yang pejam masih mengedipkan isyarat terjaga atas imaji, juga kata
Tetapi kata yang paling kau rindukan hanya bisa terlelap setelah sepotong sejarah kau bacakan padanya dalam hening pertemuan: di bawah guguran daun yang dicintai musim

2017

KEPADA HESTINYA MAULIDAN

“Hesti seorang perempuan yang tak bisa dipungkiri keberadaannya dan bagimu ia cinta puisi yang menjelma nyata saban kali. Setiap puisi diciptakan, bagimu ia ada sebagai pelengkap diksi yang kadang sulit untuk disusun kata demi kata.”

Baca Juga:  Pencak Silat Budaya Ramaikan Jakarta Sport Festival 2024

“Hesti seorang perempuan yang mencintai warung kopi, mangkal di sana, setiap senja mulai buyar menjelaga. Dia pulang ketika malam sudah memasuki usia larut, dan bulan mulai sayup terlihat di ufuk.”

“Hesti perempuan yang selalu hati-hati, setiap kau beri padanya semacam petuah untuk jaga diri, “hesti-hesti cintaku!”

2017

*Muhammad Daffa, Lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Menulis puisi sejak 2015. Karya-karyanya tersiar di Banjarmasin Post, Radar Banjarmasin, Tribun Bali, Buletin Jejak, Lokomoteks, Sumatra Ekspress, Palembang Ekspress, Majalah Santarang, Koran Banjar, Media Kalimantan, dan sejumlah antologi bersama: Ije Jela (Tifa Nusantara 3), 1550 MDPL(Antologi Puisi Kopi), Menemukan Kekanak Di Tubuh Petuah(Stepa Pustaka, terpilih sebagai kontributor terbaik), dan beberapa media online. Puisinya Hikayat Di Tulang Bawang, terpilih sebagai 47 nominasi dalam ajang Cipta Puisi Krakatau Award 2017. Buku puisi tunggalnya berjudul Talkin(2017). Mahasiswa di prodi Sastra Indonesia, Universitas Airlangga, Surabaya.

__________________________________

Baca Juga:  Ketum APTIKNAS Apresiasi Rekor MURI Menteri Kebudayaan RI Pertama

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

 

Related Posts

1 of 115