Budaya / SeniPuisi

Mencintai Puisi, Mengalir dalam Kata dan Berguru Pada Bayangan

Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)
Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)

Puisi Muhammad Daffa

HUJAN MERDU

Lirih lagu hujan
Menyanyikan matamu
Yang menyimpan jerit silam
Matahari. Sepotong kisah
Tertinggal, pada bait-bait senja

Hujan pun merdu
Di liang matamu
Ia mencari tanya seorang dara

Dara yang asyik menenun
Benang-benang puisi

Banjarbaru, Januari 2019

Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)
Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)

MENCINTAI PUISI

Seperti aku menyimpanmu dalam kamar-kamar tubuh
Pada iringan jazz yang kian samar
Mengalunkan irama puisi yang terpenggal
Karib bagi malam yang didinginkan hujan

Tergenang kenangan, yang rimbun
Memercik bayang seorang kanak
Tumbuh dewasa dalam dirimu
Mencari sebab

Mengapa rindu
Mesti redam

Dalam kisah
Tak sudah-sudah

Banjarbaru, Januari 2019

Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)
Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)

MENGALIR DALAM KATA

Nada kita lebih sumbang
Dari bujuk kata.
Lebih suram
Dari bujuk puisi.

Nada kita kesungsangan suara
Dari bujuk kata

Lebih suram
Dari penyair
Yang menulis dengan kesepiannya
Pada kata

Pada puisi
Yang kian usang

Banjarbaru, Januari 2019

Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)
Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)

BERGURU PADA BAYANGAN

Bayang-bayang, yang katamu lebih pendiam
Ketimbang tembok kamar kerja
Yang lebih malam
Ketimbang langit
Ketika wajahnya padam
Seusai senja raib

Baca Juga:  Tanah Adat Merupakan Hak Kepemilikan Tertua Yang Sah di Nusantara Menurut Anton Charliyan dan Agustiana dalam Sarasehan Forum Forum S-3

Bayang-bayang, yang katamu lebih pendiam
Dari tembok kamar kerja
Yang lebih malam
Ketimbang langit
Dengan wajah
Yang purna kebekuan
Ketika wajahnya padam
Seusai senja raib

Pahamilah, kekasih
Bahwa kita masih saja khusyuk berguru

Atas kesunyian yang dicatatkan
Di hening malam

Membaca pertanda
musim

Adakah reda
duka

luka yang mengungsi
dalam air mata kata

sedih yang terseduh
bayang-bayang?

Banjarbaru, Januari 2019

Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)
Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)

KATA YANG SEPI

Tiada kata
Yang bermula sepi
Tiada kata
Yang bermula luka
Tiada kata
Yang bermula deru
Tiada kata
Yang bermula kau
Tiada kata
Yang bermula aku!

Banjarbaru, Januari 2019

Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)
Salah Satu adegan dalam film Endless Poetry (2016). (FOTO: Crop Film Endless Potrey)

Muhammad Daffa, lahir di Banjarbaru, Kalimantan Selatan, 25 Februari 1999. Puisi-puisinya dipublikasikan di sejumlah media cetak dan antologi bersama. Buku puisi tunggalnya TALKIN (2017) Dan Suara Tanah Asal (2018). Bergiat pada Komunitas Puisi Bekasi. Mahasiswa di Prodi Bahasa Dan Sastra Indonesia, Universitas Airlangga.

__________________________________

Bagi rekan-rekan penulis yang ingin berkontribusi (berdonasi*) karya baik berupa puisi, cerpen, esai, resensi buku/film, maupun catatan kebudayaan serta profil komunitas dapat dikirim langsung ke email: [email protected] atau [email protected].

Related Posts

1 of 3,195