NUSANTARANEWS.CO, Damaskus – Insiden misterius jatuhnya MQ-9 Reapers di Idlib dan situasi terakhir Perang Suriah. Minggu lalu dua drone MQ-9 Reaper Amerika Serikat (AS) dilaporkan bertabrakan di Suriah atau mungkin juga telah diserang oleh kelompok teroris di darat. Insiden itu terjadi setelah sejumlah Reaper yang dikonfigurasi secara aneh telah terlihat di langit di atas provinsi Idlib barat negara itu,
Termasuk pembunuhan terhadap Abu Yahya al-Uzbeki, seorang pelatih militer yang bekerja untuk kelompok teroris Hurras al-Din, yang berafilisasi dengan Al Qaeda di Suriah, pada 12 Agustus ketika mobil SUV yang dikendarainya dihantam rudal AGM-114R9X (versi rahasia) saat mengemudi di Idlib.
Sebuah media lokal di Idlib, telah memposting gambar-gambar yang memperlihatkan kehadiran tiga drone MQ-9 Reapers yang berbeda di Idlib pada 14 Agustus, dan 17 Agustus.
Seperti diketahui, MQ-9 Reaper buatan General Atomics Aeronautical Systems (GA-ASI) dipergunakan oleh Angkatan Udara dan Angkatan Laut AS, serta Angkatan Udara Britania Raya.
Dalam operasi militer Amerika di Afghanistan dan Irak, MQ-9 dilengkapi dengan rudal AGM-114 Hellfire yang khusus dipergunakan untuk memburu dan menghancurkan target. Pesawat ini dapat mengangkut beban hingga lima ton, berkecapatan 230 mil per jam pada ketinggian 50,000 kaki dan dapat terbang sejauh 3,682 mil. Pesawat ini dilengkapi dengan IR targeting sensor, laser rangefinder dan synthetic aperture radar. MQ-9 dapat dibongkar pasang dan diangkut ke berbagai lokasi dengan mudah.
Menjelang insiden tersebut, sumber-sumber pro-militan mengklaim bahwa mereka telah menembak jatuh 2 drone Rusia di daerah tersebut. Meskipun demikian, foto dan video dari darat segera mengungkapkan bahwa setidaknya satu dari drone yang jatuh adalah MQ-9 Reaper. Media AS dengan mengutip pejabat pertahanan mengkonfirmasi bahwa AS telah kehilangan dua MQ-9 Reapers dalam tabrakan di udara di atas Idlib. Banyak sumber Suriah segera mengaitkan insiden tersebut dengan penggunaan sistem peperangan elektronik pada drone tempur AS di daerah tersebut.
Di samping itu, juga muncul pertanyaan siapa yang telah menerbangkan armada kecil MQ-9 di atas Idlib, masih belum jelas. Sementara AGM-114R9X diketahui hanya digunakan secara eksklusif oleh pesawat tak berawak yang terbang untuk mendukung JSOC dan CIA. Ada indikasi kuat bahwa mungkin ada tumpang tindih dalam kepemilikan dan kontrol operasional drone JSOC dan CIA dengan unit Angkatan Udara AS reguler.
Pada hari yang sama, seorang mayor jenderal Rusia tewas dan dua anggota tentara terluka setelah sebuah alat peledak rakitan menghantam konvoi mereka di dekat ladang minyak Al-Taim, sekitar 15 km di luar kota Deir Ezzor. Mayor jenderal yang tewas diidentifikasi sebagai Vyacheslav Gladkih. Dia menjabat sebagai Wakil Komandan Tentara Senjata Gabungan ke-36. Di Suriah, dia menjabat sebagai penasihat Tentara Arab Suriah.
Selain itu, kelompok ISIS secara signifikan mulai meningkatkan jumlah serangan terhadap pasukan pro-pemerintah Suriah di provinsi Homs dan Deir Ezzor – di mana kelompok teroris sangat aktif di daerah yang dikuasai oleh militer AS.
Pada 19 Agustus, sumber-sumber lokal melaporkan peningkatan serentak aktivitas militer di provinsi Idlib, Hasakah dan Deir Ezzor. Di Idlib, 3 konvoi militer Turki melintasi perbatasan dan bergerak menuju garis kontak antara militan dan Tentara Suriah di selatan jalan raya M4. Meskipun baru-baru ini, patroli gabungan Turki-Rusia diserang di sana, tetapi Ankara tampaknya sangat melindungi teroris al-Qaeda yang bermarkas di sana.
Di al-Hasakah, Tentara Suriah memperkuat posisinya di dekat Tell Tamr dan di pedesaan al-Qamishli. Di provinsi Deir Ezzor, Tentara Suriah dan Pasukan Pertahanan Nasional melakukan beberapa serangan di dekat kota Deir Ezzor dan al-Mayadin. Serangkaian serangan ISIS baru-baru ini terhadap posisi pasukan pro-pemerintah, termasuk kematian seorang mayor jenderal Rusia, kemungkinan akan mengarah pada upaya bersatu yang lebih besar dari pasukan Suriah dan Rusia untuk melacak dan menghilangkan sel-sel ISIS yang masih bersembunyi di gurun pasir. .
Konflik di Suriah tampaknya memiliki semua peluang untuk sekali lagi memasuki fase panas di provinsi al-Hasakah dan Idlib yang menjadi front utama kemungkinan konfrontasi pasukan asing yang ditempatkan di negara itu. Di saat yang sama, ancaman ISIS di gurun tengah Suriah juga tetap menjadi faktor destabilisasi yang tidak bisa dianggap remeh. (Banyu)