NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Teror bom tampaknya tengah marak terjadi di tanah air belakangan ini menyusul rentetan ledakan bom berturut-tutur di Surabaya, Jawa Timur beberapa waktu lalu.
Keberadaan bom yang dipasang oleh oknum atau pelaku teror tak bertanggungjawab agaknya memang sulit diketahui secara pasti meskipun upaya antisipasi terus dilakukan, terutama oleh aparat keamanan. Dan celakanya, teror bom ini telah menciptakan suatu kondisi tidak baik di tengah-tengah kehidupan masyarakat lantaran memunculkan sikap saling curiga antar sesama anak bangsa.
Parahnya, label pelaku teror itu acap kali disematkan kepada mereka yang mengenakan identitas seorang muslim. Sehingga, upaya antisipasi yang dilakukan aparat keamanan terkesan sangat ketat dengan identitas tersebut. Contoh paling menohok ialah insiden pemeriksaan barang bawaan seorang santri yang viral di media sosial. Belakangan diketahui santri tersebut bernama Zaqi Saputra, seorang santri PP Al Hidayah Prapak Kranggan Temanggung. Di jalan ketika hendak bersilaturahim dengan keluarga, tas rangsel dan kardus bawaan Zaqi dirazia polisi dan menyuruhnya mengeluarkan semua isi barang bawaannya tersebut. Dengan mengenakan kopiah hitam, koko dan bersarung, Zaqi terpaksa menumpahkan semua barang bawaannya tersebut di pinggir jalan. Alhasil, bom tidak ditemukan. Dan kabarnya, kedua belah pihak sudah saling mengklarifikasi dan polisi meminta maaf.
Baca juga: Perlakukan Semua Amunisi Seolah-olah Masih Aktif Sampai Orang Secara Pribadi Mengkonfirmasinya
Terlepas dari itu, sekali lagi, keberadaan bom agaknya memang sulit diidentifikasi aparat kepolisian, apalagi masyarakat. Ke mana pun kita masuk gedung, kantor instansi, mall, sekolah, kantor, rumah sakit, parkiran dan tempat-tempat lainnya patut kiranya setiap individu bisa mengamankan diri.
Dirangkum dari berbagai sumber, ketika tiba-tiba mendengar teriakan tak lazim dalam sebuah situasi tidak wajar di tempat-tempat umum, masyarakat disarankan untuk melakukan dua pilihan. Pertama, jika ledakan terdengar jauh, misalnya 30 meter atau lebih, disarankan lari sekencang-kencangnya.
Kedua, jika ledakan tersebut terdengar dekat dan sangat dekat, sebaiknya jangan lari melainkan segera merunduk atau rebahkan badan ke lantai sembari lindungi kepala. Sebab, terjangan pecahan metal atau gotri bom akan menyasar dari area setinggi pinggang ke atas sesuai tinggi rompi atau ransel bom. Kecil kemungkinan memantul ke arah bawah.
Kemudian peledak (demolition) seperti mortir, granat tangan, ranjau, TNT, C4, bom laut dan bom jenis lainnya memiliki material pecahan yang mematikan. Adapun karakteristik ledakan secara umum berupa pecahan ialah 0-50 meter mematikan, 50-150 meter melukai, kecepatan pecahan ledakan kurang lebih 850 kilimeter per jam, sudut pecahan dari titik ledak mengarah ke atas kurang lebih membentuk sudut pecahan 90 derajat, serta tekanan ledakan 90% mengarah ke atas dengan membentuk penyebaran sudut elevasi 90 derajat, sedangkan 10% tekanan ledakan ke bawah.
Adapun saran lainnya jika kita mendengar suara ledakan keras mustahil bagi kita menghindar dengan cara berlari karena kecepatan ledakan sangat tinggi. Kedua, mempertimbangkan sudut ledakan berkisar 90 derajat.
Berikutnya, satu-satunya cara terbaik jika ada suara ledakan ialah dengan cara refleks segera secepatnya ambil sikap tiarap. Sebab, upaya selain itu sulit untuk kita menghindari pecahan ledakan.
Setalah tiarap segera PKT/PKM (Perkiraan Keadaan Taktik/Perkiraan Keadaan Medan) untuk mengambil langkah berikutnya.
Dan sebagai catatan saja, hanya itulah satu-satunya cara terbaik menolong jiwa kita ketika berada di saat terjadinya kegiatan teror peledakan bom. (red/ed/nn)
Editor: Eriec Dieda