NUSANTARANEWS.CO, Nunukan – Inah Anggraini serukan optimalisasi lahan demi ketahanan pangan di perbatasan. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Nunukan mendukung rencana Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian (DKUKMP) Kabupaten Nunukan memanfaatkan lahan tidur untuk lahan pertanian penunjang ketahanan pangan. Hal tersebut karena fakta selama ini banyak lahan yang kurang maksimal pengelolaanya.
“Nunukan ini kaya dengan SDA, namun kurang maksimalnya dalam pengelolaanya sehingga sampai kini kita masih saja bergantung kepada daerah lain dalam hal pangan,” ungkap Anggota DPRD Nunukan dari Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Inah Anggraini dalam Rapat Dengar Pendapat antara DPRD Nunukan dengan Dinas Perdagangan, Dinas Koperasi, UKM dan Perindustrian (DKUKMP) Nunukan, Selasa (14/7)
Dalam RDP yang dipimpin langsung Ketua DPRD Nunukan Rahma Leppa Hafid dan didampingi ketua Komisi II DPRD Nunukan Wilson tersebut, Pemkab Nunukan menurut Inah sudah selayaknya mengupayakan sendiri kebutuhan pangan masyarakat dengan cara menggalakkan kembali penanaman pangan pokok.
“Menurut saya malah sudah wajib kita menggalakan penanaman bahan pokok pangan seperti padi, sayuran hijau, rempah-rempah seperti kunyit, lada, laus dan serai, cabei, tomat, bawang merah dan lainya agar tidak lagi tergantung suplai dari Sulawesi dan Malaysia,” tandasnya
Lebih lanjut Inah mengungkapkan, ketergantungan kiriman barang luar daerah ini sering kali menimbulkan gejolak harga. Kadang stok kiriman terlambat datang yang berimbas pada melambungnya harga.
“Bayangkan, harga cabai bisa naik Rp 70.000 lebih perkilo, harga bawang bisa naik sampai Rp 40.000 perkilo dan belum bahan-bahan makanan lainya. Ini sebuah ironi, pasalnya kita ini memiliki potensi swasembada,” katanya.
Dikatakan Inah lagi, rencana manfaatkan lahan tidur harus pula didukung dengan bantuan bibit dan sarana pendukung lainnya, sebab tidak semua masyarakat memiliki modal usaha, terkadang ada niat tapi tidak didukung dengan skill dan keuangan.
Selama ini, hasil tanaman holtikultura lokal Nunukan hanya mampu memenuhi sebagian kecil konsumsi sehari-hari masyarakat, sebagian besar masih menunggu kedatangan kapal pengangkut sembako daerah luar,
“Kita punya hasil sayur lokal, tapi produksinya rendah jauh dibawa kebutuhan. Pertanyannya, apakah kita membiarkan keadaan ini, sementara kita punya lahan cukup luas,” tuturnya. (ES)