NUSANTARANEWS.CO, Jakarta – Ketua Umum Jaringan Intelektual Muda Islam (JIMI) Don Zakiyamani menegaskan bahwa tahun 2018 sampai 2019 merupakan tahun politik bagi bangsa Indonesia. Dimana nyaris tak ada ruang pembicaraan yang tak membicarakan politik.
“Bukan hanya politisi, semua lapisan masyarakat dari berbagai profesi, suku, dan agama larut dalam perbincangan politik. Bukan hanya masyarakat perkotaan, masyarakat pedesaan pun bicara soal politik,” kata Don dalam keterangannya kepada redaksi NUSANTARANEWS.CO, Minggu (29/4/2018) malam.
Baca Juga:
- Membincangkan Posisi Muslim di Tahun Politik Bersama Eickelman
- HMI Nyatakan Siap Ikut Menjaga Stabilitas Politik, Hukum dan Keamanan Nasional di Tahun Politik
- Di Tahun Politik 2018, PBNU dan PP Muhammadiyah Sejalan
- Pengamat: Kebijakan BBM Satu Harga dan Tahun Politik
- Tahun 2018: Tahun Politik, Tahun Rezim Pencitraan
Menurut Don, kabar gembira itu harus diikuti kewaspadaan pula, terutama umat Islam sebagai mayoritas. Umat Islam harus bersatu, tidak boleh terkotak-kotak dalam siklus permainan politik. “Umat Islam wajib paham politik karena melalui politik lahir pemimpin dan produk hukum yang berimplikasi pada kepentingan orang banyak termasuk umat Islam,” seru dia.
JIMI, lanjut Don, menghimbau umat Islam akan tidak terpecah, terhasut, apalagi dengki pada ulama. Umat Islam harus lebih rajin melakukan shalat jama’ah di mesjid agar tidak mudah dikotak-kotakan. “Shalat jama’ah bukan sebatas ritual ibadah akan tetapi konsolidasi umat Islam, sehari 5 kali. JIMI yakin dengan shalat berjama’ah persatuan umat Islam akan terwujud dan kemenangan akan diraih sebagaimana panggilan Adzan,” ujarnya.
Ditambahkan dia, JIMI menilai ada kelompok yang ingin mengkotak-kotak umat Islam ditahun politik. Mereka sepertinya paham umat Islam merupakan kekuatan utama bangsa Indonesia. Melalui umat Islam bangsa ini berhasil mengusir penjajah sehingga umat Islam di Indonesia bisa pula mengusir kelompok kapitalis yang sedang berusaha mengambil SDA.
“Target mengkotak-kotakan umat Islam akan berimplikasi pada keutuhan bangsa Indonesia. Bila umat Islam mampu dikotak-kotakan maka bangsa Indonesia akan menjadi lemah,” kata dia.
“Mereka memfasilitasi provokator yang bertugas mengkotak-kotakkan umat Islam. Mereka terus berusaha memojokkan umat Islam sehingga akan ada umat Islam yang malah membenci umat Islam sendiri. Karenanya tahun politik harus dijadikan momen bersatunya umat Islam dalam memilih pemimpin yang sesuai kriteria Islam dan Pancasila,” imbuh Don.
Lebih lanjut Don menyampaikan, dalam pandangan JIMI belakangan ini semakin banyak isu yang mendiskreditkan umat Islam. Kebangkitan dan kesadaran umat Islam dalam politik dicurigai sebagai radikalisme, umat Islam di Indonesia dicurigai akan mengganti Pancasila dengan syariat Islam.
“Padahal bila umat Islam arogan dan egois, sejak republik ini hadir bisa saja hal itu dilakukan namun umat Islam sangat toleran dan mengedepankan kepentingan umum. Tuduhan dan fitnah serta kecurigaan yang tanpa fakta itu harus dihadapi umat Islam dengan persatuan,” tegas dia.
Don pun menegaskan jika, Umat Islam harus lebih aktif dalam urusan negera, terlibat langsung dalam momen politik sehingga tidak selalu dipolitisir.
“Jangan mau dijadikan ‘tumbal’ politik, saatnya kembali ke mesjid dan rapatkan shaf. JIMI yakin gerakan kembali ke mesjid dan konsolidasi setiap hari akan memperkuat persatuan umat. Tahun politik akan dilalui umat Islam Indonesia dengan kemenangan gemilang, kemenangan bangsa Indonesia dengan memilih pemimpin yang mencintai rakyatnya bukan pemimpin yang patuh pada kekuatan asing dan kapitalisme,” tandasnya.
Pewarta: M. Yahya Suprabana
Editor: Achmad S.