NUSANTARANEWS.CO, Manila – Presiden Filipina Rodrigo Duterte menolak sebuah tawaran dari kelompok Maute yang bergabung dengan ISIS di kota selatan atau Marawi.
Muncul isu pemimpin kelompok Maute, Omarkhayam Maute, menawarkan warga Marawi yang mereka sandera kepada pemerintah Filipina. Militan ini bersedia melepaskan para sandera, asalkan militer Filipina membiarkan kelompok itu meninggalkan kota selatan.
Militer Filipina memperkirakan sedikitnya ada 20-30 warga yang disandera kelompok Maute. Beberapa di antaranya dilaporkan terpaksa mengangkat senjata untuk melawan pasukan pemerintah.
Seperti diketahui, kelompok Maute merebut sebagian besar Kota Marawi yang terletak di Pulau Mindanao pada Mei lalu. Kelompok ini terbilang cukup kuat, faktanya mereka sudah bertahan lebih dari 100 hari sejak digelarnya operasi militer di Marawi. Bahkan, pasukan pemerintah tak hanya menyergap tetapi juga menyerang Maute dengan segala serangan, termasuk serangan udara dan darat.
Dilaporkan Reuters, Duterte menolak tawaran Maute tersebut dengan megatakan “Tidak mugkin (terjadi),” katanya.
Anggota militan Maute masih bertahan di reruntuhan Kota Marawi yang telah luluh lantak akibat hantaman artileri dan bom. Saat ini, sudah mulai muncul kekhawatiran bahwa kelompok Maute akan menjadikan Kota Marawi dan Pulau Mindanao sebagai rumah tinggal mereka, yang memungkinkan anggota ISIS dari Irak dan Suriah bergabung ke sana.
Kendati Maute tak kunjung tertumpas, militer Filipina terus berusaha merebut kembali Marawi dari tangan Maute yang disokong ISIS. Tapi tentu saja tidak mudah. Pasalnya, setiap kali militer Filipina melakukan penyerangan, pada saat yang sama mereka harus menghadapi hujan tembakan dan terkadang menemui ranjau.
“Jika saya bisa menyelamatkan satu kehidupan di sana, saya bersedia menunggu satu tahun (untuk merebut kembali kota)” kata Duterte saat mengunjungi para tentara yang terluka di Cagayan de Oro.
Marawi diketahui masih dalam status darurat militer sampai akhir tahun, Desember. Dalam rentang beberapa bulan ini, militer Filipina bertekad sudah berhasil membebaskan Marawi sekaligus menumpas kelompok Maute yang bersekongkol dengan ISIS.
Untung saja yang dihadapi militer Filipina saat ini hanya kelompok Maute. Andai militan komunis, New People’s Army tidak mau berunding dan pembicaraan damai dengan pemerintah, maka pasukan Filipina harus menghadapi dua kelompok pemberontak yang berbeda. Kabar baiknya, New People’s Army telah berunding damai dengan pemerintah Filipina.
Sehingga, Duterte semakin percaya diri pasukannya mampu menumpas Maute. Dan pada Sabtu (9/9) kemarin Duterte mengancam akan memperluas darurat militer ke daerah lain di Filipina untuk memburu pada gerilyawan.
Sedikitnya ada sekitar 655 militan, 45 warga sipil dan 145 tentaran dan polisi tewas di Marawi. Di samping itu, militer Filipina juga menyebutkan telah menyelamatkan sedikitnya 1.728 warga sipil, dan 400 ribu warga telah mengungsi.
Juru bicara Angkatan Darat Colonal Edgard Arevalo mengatakan bahwa menyelamatkan para sandera merupakan misi prioritas militer.
“Kami masih sangat memperhatikan kehadiran warga sipil yang dijadikan perisai manusia atau diperintahkan untuk menggunakan senjata api kemudian didaulat menjadi militan untuk menembak pasukan kami,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Sementara itu, Amerika Serikat telah memberikan dukungan teknis kepada militer Filipina di Marawi. Mengunjungi Manila pada Jumat (8/9), Menteri Pertahanan Australia Marise Payne menawarkan sebuah detasemen kecil tentara untuk memberikan pelatihan kepada pasukan Filipina. (ed)
(Editor: Eriec Dieda)